Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Sopir Angkot Acungkan Besi, Ingat Pentingnya Jaga Emosi Saat Berkendara

Kompas.com - 12/01/2022, 17:21 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beredar video di media sosial yang memperlihatkan sopir angkutan kota (angkot), mengacungkan besi ke arah pengendara mobil Wuling di Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan.

Dalam rekaman yang diunggah oleh akun Instagram @medantalk, terlihat mobil angkot warna biru melaju di samping belakang mobil minibus warna hitam. Sopir angkot itu mengacungkan besi sambil terus mengejar.

Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan, peristiwa itu bermula karena pengguna jalan tidak saling menghormati. Sopir angkot emosi karena diklakson-klakson dan kendaraan lain.

Baca juga: Intip 7 Modifikasi Mitsubishi yang Ramaikan Tokyo Auto Salon 2022

“Sopir angkot ini emosi diklakson dari belakang, kemudian dikasih jalan. Mobil Wuling itu menyalip, katanya (pengendara mobil Wuling) sempat mengeluarkan kata-kata tidak baik, terus dikejar,” ucap Wahyudi dikutip dari Kompas.com, Rabu (12/1/2022).

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, pengendara sebaiknya menghindari situasi yang dapat menimbulkan emosi di jalan raya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Medan Talk (@medantalk)

Emosi adalah hal yang wajar pada manusia. Namun, bedanya ada pada hasil emosi yang dihasilkan. Harus terkontrol dan sesuai aturan. Pertimbangkan bila melakukan tindakan agresif, apa akibatnya bila berurusan dengan hukum,” kata Sony.

Sony mengingatkan, sebelum berkendara, sebaiknya pengemudi tahu kondisi dirinya. Mengemudikan kendaraan tidak hanya sehat secara fisik, tapi juga mental karena menghadapi lingkungan, provokasi, dan gangguan yang datang dari luar kendaraan.

Sikap lainnya adalah menghargai pengguna jalan lain, siapa saja. Termasuk petugas di jalan raya atau bahkan dengan orang yang dianggap mengemudikan kendaraan secara agresif.

“Mungkin dia sedang buru-buru ada urusan penting yang tidak bisa dikompromikan. Berpikir positif saja, beri jalan, atau menjauh,” ucap Sony.

Ilustrasi pengendara emosi kurtbubna.com Ilustrasi pengendara emosi

Sementara itu, training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menambahkan, pengendara harus punya rasa empati ketika berada di jalan, kesadaran, hingga mau memulai minta maaf lebih dulu.

“Berkelahi di jalan itu hanya akan menambah masalah, bukan menyelesaikan masalah. Pasti juga banyak kerugiannya,” ujar Jusri.

Baca juga: Sudah Jarang Bus yang Pakai Tangki Solar Tambahan

Menurut Jusri, menjaga emosi di jalan raya memang hal yang sulit untuk dilakukan, karena kondisi lalu lintas yang macet dan kebutuhan untuk tiba di tempat tujuan dengan cepat. Oleh sebab itu, menurut Jusri manajemen waktu juga harus diperhatikan.

“Masyarakat di kota besar itu kurang bisa manajemen waktu. Berangkat ke kantor mepet jam masuk, coba berangkat lebih awal, dan tentukan rute sebelum berkendara. Pasti tidak akan terburu-buru hingga akhirnya melanggar peraturan lalu lintas,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau