Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendala Adopsi Kendaraan Komersial Listrik di Indonesia

Kompas.com - 30/04/2025, 17:01 WIB
Muh. Ilham Nurul Karim,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Transformasi menuju elektrifikasi transportasi bukan hanya menjadi tren global, tapi sepertinya telah menjadi kebutuhan mendesak di Indonesia.

Namun, di balik geliat pengenalan kendaraan listrik (EV) komersial, jalan yang harus ditempuh masih penuh tantangan.

Mulai dari kesiapan infrastruktur, biaya awal investasi, hingga minimnya edukasi di tingkat pelaku usaha menjadi ganjalan utama.

Baca juga: BAIC Berniat Bawa Merek Arcfox ke Indonesia

Meskipun pemerintah dan sektor swasta mulai mendorong percepatan adopsi EV, realisasi di lapangan ternyata tak segampang itu.

"Memang, salah satu tantangan terbesarnya adalah edukasi pasar. Ini hal baru, dan banyak pelaku bisnis yang belum memahami bagaimana sistem EV bekerja dalam konteks operasional harian mereka," ujar President Director Kalista, Albert Aulia Ilyas, dalam ajang Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS), Selasa (29/4/2025).

Menurut Albert, banyak pengusaha transportasi atau logistik yang masih terbiasa dengan pola kepemilikan unit secara penuh, termasuk urusan servis dan perawatan.

Padahal, Kalista menawarkan model operasional berbasis operating lease atau rental, di mana pelaku usaha tak perlu lagi memikirkan pembelian unit maupun infrastruktur dari nol.

“Ini bisa memangkas biaya dan waktu, tapi belum semua orang siap mengubah cara mainnya,” ujarnya.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur pengisian daya di luar kota besar turut memperlambat penetrasi EV komersial.

Kalista sendiri harus membangun stasiun pengisian di depo bus milik Damri di Jakarta dan Medan demi menjamin kelancaran operasional.

 

Bus Listrik Kalista di Medan Kalista Bus Listrik Kalista di Medan

Profil kebutuhan tiap sektor, seperti logistik, transportasi publik, dan pertambangan, juga sangat berbeda, sehingga pendekatannya tidak bisa disamaratakan.

“Untuk sektor tambang, misalnya, profil infrastruktur dan rute sangat unik. Perlu kajian yang lebih panjang, karena tantangannya bukan cuma jarak tempuh, tapi juga kebutuhan daya dan ketahanan kendaraan di medan ekstrem,” ucap Albert.

Di sisi lain, harga teknologi dan baterai EV yang masih tinggi membuat adopsi terasa berat, terutama bagi usaha kecil dan menengah. Kalista berharap, seiring perkembangan teknologi dan volume produksi yang meningkat, harga bisa turun dan memudahkan akses yang lebih luas.

Baca juga: Intip Deretan Mobil Listrik yang Bisa Dites di PEVS 2025

"Jadi kami terus berupaya mengedukasi pasar, karena yang dibutuhkan bukan sekadar kendaraan, tapi solusi menyeluruh. Ini adalah proses jangka panjang yang butuh kerja sama banyak pihak,” kata Albert.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau