JAKARTA, KOMPAS.com - Beredar video di media sosial yang memperlihatkan sopir angkutan kota (angkot), mengacungkan besi ke arah pengendara mobil Wuling di Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan.
Dalam rekaman yang diunggah oleh akun Instagram @medantalk, terlihat mobil angkot warna biru melaju di samping belakang mobil minibus warna hitam. Sopir angkot itu mengacungkan besi sambil terus mengejar.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan, peristiwa itu bermula karena pengguna jalan tidak saling menghormati. Sopir angkot emosi karena diklakson-klakson dan kendaraan lain.
“Sopir angkot ini emosi diklakson dari belakang, kemudian dikasih jalan. Mobil Wuling itu menyalip, katanya (pengendara mobil Wuling) sempat mengeluarkan kata-kata tidak baik, terus dikejar,” ucap Wahyudi dikutip dari Kompas.com, Rabu (12/1/2022).
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, pengendara sebaiknya menghindari situasi yang dapat menimbulkan emosi di jalan raya.
Sony mengingatkan, sebelum berkendara, sebaiknya pengemudi tahu kondisi dirinya. Mengemudikan kendaraan tidak hanya sehat secara fisik, tapi juga mental karena menghadapi lingkungan, provokasi, dan gangguan yang datang dari luar kendaraan.
Sikap lainnya adalah menghargai pengguna jalan lain, siapa saja. Termasuk petugas di jalan raya atau bahkan dengan orang yang dianggap mengemudikan kendaraan secara agresif.
“Mungkin dia sedang buru-buru ada urusan penting yang tidak bisa dikompromikan. Berpikir positif saja, beri jalan, atau menjauh,” ucap Sony.
Sementara itu, training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menambahkan, pengendara harus punya rasa empati ketika berada di jalan, kesadaran, hingga mau memulai minta maaf lebih dulu.
“Berkelahi di jalan itu hanya akan menambah masalah, bukan menyelesaikan masalah. Pasti juga banyak kerugiannya,” ujar Jusri.
Menurut Jusri, menjaga emosi di jalan raya memang hal yang sulit untuk dilakukan, karena kondisi lalu lintas yang macet dan kebutuhan untuk tiba di tempat tujuan dengan cepat. Oleh sebab itu, menurut Jusri manajemen waktu juga harus diperhatikan.
“Masyarakat di kota besar itu kurang bisa manajemen waktu. Berangkat ke kantor mepet jam masuk, coba berangkat lebih awal, dan tentukan rute sebelum berkendara. Pasti tidak akan terburu-buru hingga akhirnya melanggar peraturan lalu lintas,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/01/12/172100515/kasus-sopir-angkot-acungkan-besi-ingat-pentingnya-jaga-emosi-saat