SOLO, KOMPAS.com - Pada beberapa jenis mobil, teknologi power steering yang terpasang merupakan jenis konvensional alias Hydraulic Power Steering (HPS).
Berbeda dengan power steering yang mengandalkan sistem elektronik, teknologi konvensional ini membutuhkan oli sebagai pelumas agar putaran setir kemudi jadi ringan.
HPS akan memanfaatkan tekanan oli dari pompa untuk membantu menggerakkan as rack pada setir. Pelumas ini akan terus menerus bersirkulasi seiring setir mobil digunakan.
Baca juga: Setelah Xpander, Giliran Fortuner Mundur di Tanjakan Sitinjau Lauik
Oli pada power steering bertugas mengantarkan tekanan atau tenaga, berbeda dengan oli mesin yang bekerja berat melumasi komponen pada mesin untuk meminimalisasi gesekan yang mungkin terjadi.
Meski tidak memiliki beban kerja yang berat seperti oli mesin, pelumas power steering juga butuh diganti. Hal tersebut dipertegas oleh Nugroho, Kepala Bengkel Suzuki Mobil Pabelan Solo.
"Oli power steering perlu diganti dengan yang baru. Diganti tiap interval sekitar 40.000 kilometer," kata Nugroho kepada Kompas.com, Kamis (2/9/2021).
Baca juga: 5 Ruas Tol Bandung Berlaku Ganjil Genap hingga Malam Hari
Pelumas power steering ini umumnya akan mengalami perubahan warna dari yang awalnya merah atau kuning bening, lama-lama akan menjadi keruh kehitaman.
Kondisi pelumas ini bisa dicek saat mesin mobil dalam keadaan mati. Cek pada tabung reservoir HPS. Tutup tabung ini dilengkapi dengan dipstick untuk mengecek kuantitas dan kualitas dari oli ini.
Lantas untuk harganya sendiri, Nugroho mengatakan pelumas power steering umumnya dibanderol pada kisaran angka Rp 200.000 bisa lebih ataupun kurang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.