JAKARTA, KOMPAS.com – Mesin diesel diesel terkenal dengan torsi besar dan kehematan bahan bakar yang lebih baik daripada mesin bensin. Mesin ini termasuk dalam Internal Combustion Engine (ICE) yang menggunakan solar sebagai bahan bakarnya.
Perbedaannya dengan mesin bensin, mesin diesel tidak perlu pemantik untuk menciptakan pembakaran alias tidak memakai busi.
Suparman, Kepala Bengkel Auto2000 Yos Sudarso, Jakarta Utara, mengatakan, untuk menghasilkan pembakaran pada mesin diesel, hanya diperlukan campuran solar dan udara yang dikompresi.
Baca juga: Harga SUV Diesel Bekas Akhir Tahun, Fortuner dan Pajero Sport Rp 200 Jutaan
Karena kompresi yang tinggi inilah proses pembakaran pada mesin diesel terjadi. Kompresi yang tinggi ini juga yang menyebabkan mesin diesel memiliki getaran yang lebih besar dan suara lebih kasar daripada mesin bensin.
Namun suara kasar mesin diesel perlahan bisa dikurangi lewat teknologi common rail, yang jamak ditemukan pada mesin diesel modern.
Teknologi ini mampu menyemprotkan solar dengan tekanan yang sangat tinggi, sehingga saat masuk ke ruang bakar solar berubah dalam bentuk partikel halus layaknya mesin bensin.
Baca juga: Harga Medium SUV Bekas Akhir Tahun, CX-5 Mulai Rp 170 jutaan, Outlander Sport Rp 150 Jutaan
“Berbeda dengan mesin konvensional, teknologi common rail memberikan ledakan yang kecil-kecil tapi banyak. Hal ini membuat mesin common rail lebih halus suara dan getarannya ketimbang mesin konvensional,” ujar Suparman, kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Secara umum, perawatan mesin diesel terbilang mudah seperti mesin bensin pada umumnya. Namun untuk mesin diesel modern yang mengusung teknologi common rail ada beberapa hal yang wajib diperhatikan.
Pemilik mobil hanya perlu menggunakan bahan bakar yang sesuai dan memantau secara rutin kualitas filter bahan bakar.
Baca juga: Harga SUV Murah Bekas, Rush Tahun Muda Cuma Rp 150 Jutaan
“Apabila filter udara dan filter solar yang kotor terus dipakai, maka dampaknya akan sangat merugikan karena bisa menyebabkan beberapa masalah pada mobil,” ucap Suparman.
“Dianjurkan setiap 30.000 km sekali ganti filter udara, kalau filter solar tiap 15.000 km. Ini bisa diganti lebih cepat karena bergantung dari kualitas lingkungan dan kualitas solarnya juga,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.