Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Mengemudi Jarak Jauh di Malam Hari Lebih Berisiko?

Kompas.com - 27/12/2020, 10:01 WIB
Ari Purnomo,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Melakukan perjalanan jarak jauh menggunakan mobil pribadi tidak hanya perlu menyiapkan kendaraan saja.

Tetapi, pemilihan waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan juga penting agar perjalanan tetap nyaman dan aman sampai ke tempat tujuan.

Dalam memilih waktu, tidak sedikit yang melakukan perjalanan saat malam hari. Adapun pertimbangannya yakni kondisi cuaca yang tidak panas serta kondisi lalu lintas yang relatif lebih lengang.

Tetapi, di balik keuntungan tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin melakukan perjalanan jarak jauh di malam hari.

Baca juga: Bayar Pajak Kendaraan Saat Liburan Akhir Tahun Bisa Secara Online

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, melakukan perjalanan di malam hari berbeda dengan siang hari.

Mengemudi di malam hari lebih berat, hal ini disebabkan karena aktivitas berkendara dilakukan tidak sesuai dengan siklus tubuh manusia.

“Berkendara di malam hari tidak sesuai dengan siklus tubuh, malam hari adalah jamnya tubuh manusia untuk beristirahat,” kata Sony kepada Kompas.com belum lama ini.

Kondisi inilah yang kemudian membuat tubuh manusia merasakan lelah dan mengantuk. Sony menambahkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengemudi mobil di malam hari. Seperti visibilitas pengemudi yang terbatas dan kondisi fisik selama berkendara.

“Mengemudi di malam hari dari segi keamanan kurang terjamin, karena tingkat visibilitas terbatas, selain juga juga kondisi badan yang kelelahan,” ujarnya.

Baca juga: Mengapa Beban Pajak Kendaraan Bisa Berubah Setiap Tahun?

Menurut Sony, selama ini tidak sedikit yang nekat mengonsumsi suplemen untuk menjaga tubuh agar tetap prima selama melakukan perjalanan di malam hari.

Padahal, kebiasaan tersebut justru kurang baik karena bisa menyebabkan pengemudi mengalami microsleep. Hal ini disebabkan karena tubuh dipaksa untuk tetap terjaga meski sudah merasakan lelah.

“Minuman energi memberikan boost yang cepat tetapi dropnya juga cepat. Sehingga sering membuat pengemudi merasa fit padahal sudah drop, bisa menyebabkan microsleep,” tuturnya.

Baca juga: Begini Cara Menghitung Pajak Kendaraan Bermotor

Dibandingkan mengonsumsi suplemen, Sony lebih menyarankan, agar pengemudi memahami kondisi tubuhnya.

Dalam artian, ketika tubuh sudah merasakan lelah atau mengantuk sebaiknya memilih waktu untuk beristirahat sejenak agar stamina bisa kembali.

Hal ini karena jika kondisi tubuh sudah merasakan lelah tetapi tetap dipaksakan untuk menempuh perjalan justru bisa berbahaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau