Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Truk Tabrak Mobil di Sumedang, Membuktikan Kurangnya Kompetensi Sopir

Kompas.com - 02/12/2020, 14:31 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Belum lama ini terjadi peristiwa truk yang menabrak dua motor dan empat mobil di Sumedang, Selasa (1/12/2020). Peristiwa ini terjadi diduga karena rem yang ada pada truk mengalami blong.

Melihat kejadian ini, nampaknya kasus rem truk blong di Indonesia masih marak terjadi. Namun salah satu faktor dari rem yang blong pada truk ada di pengemudinya yang tidak kompeten membawa kendaraan besar.

Menanggapi hal ini, Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting, Jusri Pulubuhu mengatakan, memang benar adanya kalau kompetensi sopir truk di Indonesia sangatlah kurang.

Baca juga: Lagi, Ayah Jorge Lorenzo Sindir Joan Mir

Foto: Kondisi Truk pasca tabrakan beruntun di Jalan Asahan KM 3,5 Dolok Marlawan, Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, Kamis (19/11/2020).KOMPAS.COM/Teguh Pribadi Foto: Kondisi Truk pasca tabrakan beruntun di Jalan Asahan KM 3,5 Dolok Marlawan, Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, Kamis (19/11/2020).

“Dari mana mereka dapat izin mengemudi? Enggak ada pelatihan sekolahnya. Memang ada sekolah swasta tertentu namun jumlahnya sedikit,” ucap Jusri kepada Kompas.com, Rabu (2/12/2020).

Jusri mengatakan, sudah sepatutnya kompetensi dari para pengemudi truk ini perlu dipikirkan dan diperhatikan. Jangan sampai para pengemudi ini berasal dari kenek yang hanya berdasarkan pengalaman.

“Pendekatannya bisa seperti untuk yang ingin mengajukan SIM, harus melalui proses training dari sekolah truk yang di endorse oleh Polisi tentunya, di mana metodologi dan substansi training sudah dapat approval dari Polisi, sesuai undang-undang,” kata Jusri.

Baca juga: Bus Medium Damri Pakai Mesin Belakang, Sasis Buatan Indonesia

Alasan sopir angkutan barang maupun penumpang harus lebih diperhatikan, karena risiko mereka sangat tinggi. Kendaraan yang dibawa dimensinya sangat besar dan berat, belum lagi membawa penumpang yang banyak.

“Setiap golongan SIM B, harus melalui satu klasifikasi yang bertujuan menyaring calon-calon pengemudi. Jika demikian, nanti yang keluar adalah driver-driver yang kompeten,” ucapnya.

Jusri menegaskan, harus ada kompetensi pada pengemudi truk atau bus. Kalau tidak hal seperti ini akan terus terjadi kedepannya. Nantinya malah mereka menjadi pembunuh liar di jalanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau