JAKARTA, KOMPAS.com - Gejala microsleep atau tertidur sepersekian detik selama mengemudi bisa terjadi akibat stagnasi selama perjalanan. Hal ini biasanya diatasi oleh pengemudi dengan mendengarkan lagu dari perangkat hiburan kendaraan.
Namun, menurut Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu cara ini dinilai tidak terlalu efektif.
“Bukan tidak boleh (mendengarkan musik), tapi jangan berlebihan. Mendengarkan musik itu sering dilakukan pengemudi untuk menghilangkan gejala kebosanan, lelah selama perjalanan. Ini punya konsekuensi karena mendengarkan musik bisa membuat pengemudi terbuai,” ujar Jusri saat dihubungi Kompas.com.
Baca juga: Klasemen MotoGP Usai GP Austria, Quartararo Masih Teratas
Situasi terbuai dapat tercipta tidak hanya dari musik yang dilantunkan tapi juga kondisi kenyamanan dalam kendaraan. Penggunaan pendingin udara (AC), kekedapan kabin, dapat membuat pengemudi terlalu nyaman.
Baca juga: Hasil MotoGP, Dovizioso Juara GP Austria 2020
Jusri menyarankan pengemudi untuk sesekali mendengarkan hiburan musik melalui perangkat audio di kendaraan. Ia tidak menyarankan untuk mendengarkan terus menerus sepanjang perjalanan.
“Kalau mendengar terus sepanjang perjalanan bisa jenuh, bosan malah. Sesekali saja,” katanya.
Jusri mengingatkan untuk pengemudi menetapkan frekuensi berkendara. Jika menempuh perjalanan jauh bisa diatur setiap delapan jam perjalanan lalu istirahat selama dua jam atau frekuensi lainnya.
Obat paling ampuh dari mengantuk adalah tetap beristirahat dan tidur sejenak. Segera cari tempat beristirahat yang aman, seperti SPBU atau rest area yang aman, untuk memejamkan mata dan memulihkan kondisi tubuh yang lelah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.