Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larangan Bepergian Jadi Ganjalan Baru MotoGP 2020, Terancam Batal?

Kompas.com - 15/06/2020, 08:42 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

Sumber Speedweek

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalender MotoGP 2020 sudah diresmikan oleh Dorna Sports. Seri pertama akan digelar di Jerez, Spanyol, pada 19 Juli mendatang.

Meski di masa pandemi Covid-19 atau virus corona, balapan tetap digelar, tetapi dengan beberapa penyesuaian. Bukan cuma regulasi baru yang dikeluarkan, melainkan balapan juga akan digelar hanya di Eropa.

Baca juga: Jadwal Terbaru MotoGP 2020, Total Hanya 13 Seri

Lin Jarvis, Direktur Pelaksana Yamaha Motor Racing, mengatakan, kondisi tersebut akan menyulitkan Yamaha dan tim pabrikan Jepang lainnya, termasuk Honda dan Suzuki. Sebab, larangan bepergian (travel ban) diberlakukan.

"Perhatian terbesar Yamaha adalah pergerakan anggota tim dari Australia dan Jepang, ke Eropa. Sekarang ini, mereka semua tidak bisa masuk Eropa. Sekalipun mereka sudah melakukan tes dan memiliki bukti hasil negatif Covid-19," ujar Lin Jarvis, dikutip dari GPOne.com.

Untuk Australia, masih diizinkan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dengan alasan penting untuk tujuan profesional. Yamaha akan coba untuk mengajukan permohonan agar anggota timnya yang dari Australia bisa berangkat.

Lin Jarvis menyebutkan, beberapa di antaranya adalah anggota tim mekanik Valentino Rossi yang tinggal di Australia, yakni Alex Briggs dan Brent Stephens. Secara keseluruhan, dari tim Rossi dan Maverick Vinales, ada 10 orang yang tidak bisa berangkat, tujuh orang Jepang dan tiga orang Australia.

Baca juga: 7 Fitur Keamanan Wajib di MotoGP, Salah Satunya Batu Kerikil

Namun, sekalipun anggota tim yang dari Jepang bisa ke Eropa, mereka tidak akan bisa kembali ke Jepang karena aturan karantina masih berlaku di sana. Sedangkan jika mereka harus menetap di Eropa, hukum di sana juga tidak mengizinkan.

"Tidak ada orang dari negara non Uni Eropa yang bisa menghabiskan waktu lebih dari 90 hari di area Schengen dalam enam bulan. Jika berada di Eropa selama 92 hari, maka itu termasuk ilegal," kata Lin Jarvis.

Lin Jarvis menambahkan, Yamaha sebagai perusahaan global akan mematuhi semua hukum yang berlaku. Yamaha tidak akan melakukan apa pun yang melanggar hukum, dan hukum menjadi prioritas utama.

"Kami akan mengikuti kejuaraan dunia jika sudah menemukan solusinya. Terkait kemungkinan mekanik Jepang kami untuk hadir, jika mereka tidak bisa datang, kami akan sangat kesulitan di semua seri. Tentunya ini juga akan memberikan keuntungan yang tidak adil pada tim-tim pabrikan Eropa karena bisa balapan dengan tim yang lengkap," ujar Lin Jarvis.

Bukan hanya anggota tim atau mekanik yang berasal dari luar Eropa saja yang terkendala masalah ini, tapi pebalap Australia dan pebalap Jepang pun juga terdampak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau