LUGANO, KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19 dan ketidakpastian jadwal MotoGP 2020, persaingan justru mencuat antara dua legenda balap motor dunia, yaitu Giacomo Agostini dan Jorge Lorenzo.
Pertikaian ini bermula ketika Agostini mengatakan dia percaya bahwa kegagalan Lorenzo di Ducati dan Honda sampai akhirnya pensiun ialah soal pikiran. Motor penting tapi pikiran yang menentukan, begitu intinya.
Baca juga: Lorenzo Kecewa Tak Jadi Balapan, Nasib Musim Depan Masih Dipertanyakan
Lorenzo meradang mendengar pernyataan legenda balap Italia tersebut. Dia kemudian balas menyindir Agostini lewat media sosial, dan mengatakan teknologi motor berkembang pesat dibandingkan saat dia jadi pebalap.
"Apakah saya berhutang uang kepada orang ini atau apa? Dia bilang aku gagal di Ducati ... Ayolah! Betapa mudahnya berbicara ketika Anda belum mengendarai motor selama 50 tahun,” tulis Lorenzo.
Agostini tidak gentar. Juara dunia GP 500cc delapan kali itu menjawab nada sinis Lorenzo bahwa "kebenaran itu menyakitkan." Agostini mengatakan dia berhak mengkritik Lorenzo sama seperti dia juga memuji dia atas keberhasilannya.
"Saya mengagumi Lorenzo dari caranya menjadi juara, cara dia membalap, dan cara dia mengendalikan balapan. Saya selalu berpikir positif tentang dia ketika ia masih di Yamaha, menjadi rekan satu tim Valentino Rossi. Tapi sayangnya, saya juga harus bilang bahwa saya punya pandangan lain ketika dia tidak bisa sesukses itu saat berada di Ducati," kata Agostini.
Baca juga: Marquez Pesimistis Lampaui Gelar Agostini
Perseteruan makin runcing sebab Lorenzo juga tidak mau mengalah. Lorenzo merespon dengan memposting unggahan di Instagram yang intinya membandingkan perbedaan antara MotoGP saat ini dengan era Agostini.
Lorenzo mengatakan motor zaman sekarang jauh lebih kencang dan sulit dikendalikan. Adapun komentar Agostini kepadanya juga dianggap tidak pantas keluar dari mulut legenda balap.
Berikut pernyataan lengkap terbaru Lorenzo di medsos:
"Aku berharap suatu hari nanti, tidak harus berurusan dengan generasi baru yang tetap menjadi fosil dengan kenangan kemenangan, membandingkan masa depan dengan masa laluku dan berkata "Di era saya.."
“Saya pikir apa yang harus dipahami oleh tuan Giacomo Agostini adalah bahwa setiap era, motor memiliki sejarahnya, setiap juara memiliki kepentingannya dalam konteks di mana dia tinggal, baik dalam hal saingan dan teknologinya.
“Misalnya, meskipun pada tahun 60an Anda balapan di sirkuit dengan tingkat keamanan yang sangat rendah, berkali-kali perbedaan (jarak) antara motor tercepat dan paling lambat sekitar 10 detik. Beberapa pebalap menikmati keuntungan sedemikian rupa sehingga mereka mampu berlari (dan menang) di berbagai kategori (kelas) pada tahun yang sama.
“Meskipun teknologinya sudah maju, itu masih beberapa tahun dari yang sekarang (kita berbicara tentang motor pelek jari-jari dan rem teromol). Dekade terakhir, baik sirkuit dan teknologi telah berkembang pesat. Dengan papan tombol yang unik, dan semua motor kini seimbang.
"Pabrikan harus mencari celah dan menemukan keuntungan yang dapat membuat mereka mengalahkan pesaing, dan banyak dari kemenangan diraih oleh beberapa ribu ...
“Ketika, setelah 45 menit balapan, yang kedua memisahkan yang pertama dari yang kelima, itu berarti bahwa setiap detail kecil diperlukan untuk dapat menang. Dalam konteks seperti itu, perincian seperti aerodynamic vertex, penyesuaian pada peta elektronik atau beberapa sisi dalam tangki menjadi penentu untuk tujuan ini.
“Sebaliknya, ketika perbedaan diukur dalam puluhan detik, menit atau bahkan belokan, detail kecil menjadi tidak signifikan. Dan ya, Anda juga bisa puas dengan ergonomi yang tidak sempurna.
“Dan ini, Giacomo sayang, adalah kebenaran yang tak terbantahkan.
“Jadi, ketika seseorang (yang mengetahui keadaan dan fakta) mengatakan bahwa saya tidak mendapatkan hasil di Ducati, saya tidak bisa menahan.
"Dengan segala hormat, saya berpikir bahwa beralih ke "Era saya ..." atau "resultadism (pencapaian)" murni untuk menilai kemampuan seorang juara di era modern, bagi saya sepertinya banal yang tidak pantas dari legenda seperti Anda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.