YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Selain menghadirikan karya-karya mempuni, dampak dari kemajuan tren dunia kustom, baik sepeda motor maupun mobil, juga turut menggerakan roda perekonomian. Salah satunya menyasar pada pelaku industri kecil.
Menurut Direktor Kusotmfest, Lulut Wahyudi, yang juga builder dari Retro Classic Cycle, ada efek domino yang luas dalam mengerjakan satu proyek atau satu sepeda motor kustom. Karena tiap komponennya dikerjaka oleh masing-masing spesialis.
"Ambil contoh saat ada orang mau membangun motor CB. Itu kan saat dia beli mesin dicopot lalu dikirim ke bengkal, nanti bodi juga dikerjain di bengkel bodi. Belum lagi saat sudah selesai, perlu di cat dan dikrom, beda lagi pengerjaannya," kata Lulut di sela-sela Kustomfest yang berlangsung di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Minggu (7/10/2018).
Baca juga: Motor Kinclong Kembali Jadi Jawara Kustomfest 2018
Bukan hanya bengkel utama seperti cat, mesin, dan bodi, tapi seiring penyempurnaan sebuah karya, ada banyak keterlibatan spesialis lain. Mulai saat akan mengusurus kelistrikan, urusan kaki-kaki, belum lagi bila bicara karya yang bermain di segmen atas, seperti adanya engraving atau seperti menempatkan seni pinstriping dan lain sebagainya.
Dari hal itu, Lulut menjelaskan bahwa hadirnya dunia kustom ini memberikan dampak signifikan terhadap industri mikro yang memang jarang diungkap. Karena biasanya, apa yang orang lihat hanya hasil akhir, tidak secara proses.
Baca juga: Daftar Karya Terbaik di Kustomfest 2018
Bukan hanya lulut, sebelumnya Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Bekraf Abdur Rohim Boy Berawi, juga menjelaskan hal serupa. Bahkan menurut Boy, kustom ini memang masuk dalam salah satu program pengembangan Bekraf yang memang berpotensi untuk terus dikembangkan.
"Kalau bicara kustom ini memang luas cakupannya, selain dari dunia otomotif, kustom juga mempengaruhi berbagai aspek lain dan sangat berpotensi untuk mendorong kemajuan perekonomian di Indonesia. Melalui ajang seperti Kustomfest ini, mudah-mudahan kita bisa memberikan dampak positif ke depannya," kata Boy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.