Tokyo, KOMPAS.com – Pemain otomotif Jepang, Honda, mengejutkan para pengamat dengan memproyeksi penurunan laba yang akan terjadi pada tahun fiskal 2018, sampai 46 persen.
Mereka mengungkapkan itu, setelah mengumumkan perolehan laba bersihnya pada tahun fiskal 2017 (berakhir di Maret 2018), mencapai 1,05 triliun yen atau Rp 133,5 triliun.
Secara keseluruhan, hasil tersebut (2017) merupakan angin segar di mana penjualannya tumbuh 10 persen menjadi 15,36 triliun. "Penjualan mobil berdasarkan volume mencapai titik tertinggi yang baru," ujar Wakil Presiden Eksekutif Honda Seiji Kuraishi, dari Nikkei, Sabtu (28/4/2018).
Laba operasi Honda hanya merosot 1 persen karena faktor recall kantong udara Takata yang rusak. Namun, laba sebelum pajak naik 11 persen dan peruntungan lainnya datang dari pasar Amerika Serikat, yang meningkatkan laba bersih sebesar 346,1 miliar yen.
Baca juga : Honda Mobil Raup Dua Penghargaan Gengsi di IIMS 2018
Proyeksi Penurunan
Pencapaian laba bersih sebesar 1,05 triliun yen, ternyata diperkirakan oleh Honda akan turun menjadi 570 miliar yen pada tahun fiskal 2018. Sebagian besar penurunan atau sekitar 490 miliar yen dikaitkan dengan tidak adanya peningkatan laba dari pemotongan pajak di Amerika Serikat.
Faktor utama lainnya adalah penguatan yen. Honda menetapkan asumsi, nilai tukar yen dengan dolar AS pada tahun fiskal 2018 ada di angka 105 yen per dolar, di mana saat ini ada di angka 109 yen.
Tak hanya itu, faktor lainnya dari sisi tingkat mata uang asing, adalah baht Thailand yang juga lebih kuat, diproyeksikan bisa mengikis laba sekitar 200 miliar yen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.