KOMPAS.com - Seorang perempuan bernama Kristy Williams tertusuk serpihan logam di bagian leher saat menghentikan sedannya di salah satu persimpangan lampu merah di wilayah Georgia, Amerika Serikat.
Serpihan itu sendiri berasal dari perangkat di kantong udara (airbag) mobilnya. Saat itu, kantong udara tersebut tiba-tiba mengembang tanpa pemicu apa pun.
Peristiwa pada 2010 ini menyebabkan Kristy Williams harus menjalani operasi.
Cerita yang diunggah New York Times dalam situsnya pada Juni 2014 lalu itu pun hanyalah satu dari sekian cerita awal rentetan permasalahan kantong udara Takata di berbagai belahan dunia.
Tiga tahun setelah peristiwa yang menimpa Kristy Williams atau pada 2013, sejumlah produsen mobil di Jepang yang mencakup Mazda, Honda, dan Toyota meminta agar jutaan mobil mereka di seluruh dunia diikutkan dalam program servis di bengkel resmi masing-masing.
Sementara itu, lembaga National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) di Amerika Serikat memasukkan merek-merek yang beredar di negaranya, termasuk Cadillac, Chevrolet, Chrysler, hingga Dodge dalam kategori mobil-mobil yang butuh perbaikan airbag.
Peristiwa serupa pun tidak hanya terjadi di Amerika, tetapi juga di bagian benua Asia, yakni di Malaysia.
Seorang perempuan berusia 44 tahun cedera berat setelah terkena tumbukan keras di bagian dadanya, seperti diberitakan Reuters dalam salah satu artikelnya pada 27 Juni 2016.
Masalah yang dipicu dari kerusakan inflator atau peletup yang berfungsi mengembangkan kantong udara Takata ini pun menyebabkan kematian.
Juli 2017 lalu, di Sydney, Australia, seorang pria meninggal dunia akibat permasalahan yang sama, seperti dikabarkan The Guardian dengan mengutip keterangan Kepolisian New South Wales.
"Hasil investigasi menunjukkan bahwa kematian pria ini agaknya terpaut dengan masalah airbag sehingga menyebabkan lontaran benda kecil yang mengenai bagian lehernya," demikian pernyataan Kepolisian New South Wales.
Kampanye perbaikan
Secara total, sudah 180 orang menjadi korban karena masalah airbag Takata, dan 18 orang kehilangan nyawa karena masalah yang sama, seperti dirangkum Reuters dalam salah satu artikelnya pada 28 Juli 2017.
Pihak Takata sendiri menyebut, perbaikan masih berlanjut di berbagai negara dan dalam jumlah yang masif. Perbaikan terbanyak secara persentase berlaku di Amerika Serikat dan Jepang.
"Lebih dari 70 persen airbag-airbag (Takata) di Jepang sudah diperbaiki, dan 36 persen di Amerika Serikat," kata Wakil Presiden Takata Hiroshi Shimizu, seperti dikutip LA Times dalam salah satu artikelnya, 26 Juni 2017 lalu.
Persentase itu mengarah pada informasi bahwa setidaknya sudah 100 juta inflator Takata ditarik dari peredaran yang menurut LA Times menjadikan penarikan ini sebagai yang terbesar dalam sejarah otomotif di Amerika Serikat.
Kondisi itu pada akhirnya membuat Takata menyiapkan perangkat pengganti pada airbag yang bermasalah sebagai bentuk tanggung jawab.
"Kami akan melakukan produksi besar-besaran atas perangkat pengganti sesuai permintaan yang terkait dengan masalah ini," ujar Shigehisa Takada, Chairman dan CEO Takata, dalam keterangan resmi yang dirilis pada 3 Desember 2014.
Terakhir, menurut businesswire.com, mereka menggenjot produksi perangkat pengganti itu menjadi 1,5 juta unit per bulan dari sebelumnya sekitar 350.000 unit per bulan pada Desember 2014.
Langkah ini sendiri merupakan satu dari empat langkah yang diambil perusahaan pada tahun ketika keterangan resmi itu disampaikan.
Langkah kedua adalah membentuk panel independen Quality Assurance Panel untuk mengaduit dan mempersiapkan laporan independen terkait perbaikan prosedur produksi yang dikepalai mantan Kepala Staf White House dan Sekretaris Departemen Transportasi Amerika Serikat, Samuel K Skinner.
Langkah ketiga adalah meminta bantuan para pemimpin terpercaya bidang transportasi di Amerika Serikat, yakni Sekretaris Departemen Transportasi Amerika Serikat kala itu, Rodney Slater dan Norman Y Mineta, untuk memastikan langkah Takata sudah sesuai untuk bisa mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat.
Langkah keempat adalah menggandeng peneliti-peneliti top dari berbagai belahan dunia untuk meninjau produk. Para peneliti itu antara lain berasal dari Fraunhofer Institute Jerman yang merupakan spesialis di bidang propelan, inflator, dan sistem airbag.
Setahun setelahnya atau pada Oktober 2015, Takata mengadakan kampanye digital “Get the Word Out” untuk meningkatkan kesadaran memeriksakan apakah airbag kendaraan tergolong perlu penggantian perangkat, yang pada akhirnya mendapatkan 560 juta respons impresi kampanye.
Takata juga mengubah penjualan zat dalam inflator menjadi non-desiccated phase stabilized ammonium nitrate (non-desiccated PSAN) sesuai kesepakatan mereka dengan lembaga NHTSA.