Jakarta, KompasOtomotif — Masalah pelumasan pada mesin memang tidak bisa ditawar-tawar. Kelewat mengganti dengan yang baru, urusan atau masalah yang timbul bisa bikin dompet kebobolan untuk perbaikan.
Masalah saat ini adalah mengenai waktu atau frekuensi yang tepat untuk mengganti oli. Ada yang berpegangan pada pedoman perawatan ala pabrikan, yakni 10.000 km, ada juga yang berdasarkan waktu atau bulan.
Lantas mana yang paling benar. Menjawab pertanyaan tersebut, Chief Technical and Training Officer Liqui Moly Gordon Alexander Lit menjelaskan bahwa keduanya tergantung dari situasi pemakaian.
"Sesuai anjuran tidak salah, tapi lihat kondisi. Contoh di Jakarta atau kota besar dengan situasi yang didominasi kemacetan, otomatis masa tercapai jarak ideal akan lebih panjang," ucap Gordon saat berbincang dengan media beberapa waktu lalu di Jakarta.
Baca: Enam Jurus Aplikasi Oli Kendaraan
Gordon mengumpamakan batas pergantian oli dari diler tiap 10.000 km. Dengan situasi jalan macet, angka tersebut mungkin baru bisa dicapai setelah enam bulan. Berbeda dengan situasi jalan sepi atau seperti di kota kecil yang mungkin bisa dicapai dalam kurun waktu yang lebih cepat.
"Meski jarak belum sampai, tapi mesin bekerja terus setiap hari dengan kondisi macet yang parah seperti di Jakarta, belum ditambah dengan cuaca panas. Untuk kota besar lebih baik jangan lihat dari patokan jarak, tapi lebih ke waktu, takutnya pelumas tidak maksimal lagi melindungi mesin," ujar Gordon.
"Untuk Jakarta, saya sarankan itu ganti oli dalam setahun dilebihkan saja. Biasanya satu tahun dua kali, ini tambah satu jadi tiga kali ganti oli, empat bulan sekali ideallah, jangan tunggu sampai 10.000 km," kata Gordon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.