Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Honda Bisa Ditendang dari F1

Kompas.com - 05/09/2017, 16:22 WIB
Donny Apriliananda

Penulis

Sumber Motorsport

Tokyo, KompasOtomotif – Honda takut tak bisa berbuat banyak untuk meyakinkan McLaren soal kelanjutan hubungan di Formula 1. Kendati demikian, pabrikan asal Jepang itu menyatakan tidak akan berhenti mencoba dengan segenap kemampuan yang ada.

McLaren diperkirakan siap membuat keputusan akhir mengenai masa depan bersama Honda minggu ini. Hubungan tim dan pemasok mesin itu dikabarkan sedikit renggang, setelah performa dalam balapan belum dapat diandalkan.

Jika nanti McLaren memutuskan tidak bisa melanjutkan dengan pasangan mesinnya saat ini, dan Toro Rosso memilih untuk tetap bertahan dengan Renault, Honda akan dipaksa keluar dari gelanggang F1.

Meksi begitu, terlepas dari ketidakpastian, Honda sudah melakukan segala upaya perbaikan dengan rencana pengembangan agresif yang menghasilkan upgrade mesin. Seri balap di Spa (Belgia) dan Monza (Italia) mendatang akan menjadi ajang pembuktian.

Baca: Tampilan ?Jet Darat? Mobil Balap F1 2025

"Kami masih berusaha membuat performa bagus untuk meyakinkan mereka (McLaren), tapi saya tidak yakin itu akan cukup. Honda tidak pernah menyerah untuk menjaga kolaborasi ini," kata Honda Formula 1 Chief, Yusuke Hasegawa, dilansir Motorsport, (5/9/2017).

Sebenarnya Honda sudah lebih percaya diri dengan peningkatan performa yang telah diperkenalkannya dalam beberapa seri F1 baru-baru ini.

Sejak balapan di Austria, awal Juli 2017 lalu, ”mesin spek 3” sudah diturunkan, dan perkembangannya menurut Hasegawa sangat menggembirakan.

McLaren-Honda akan kembali memilih terkena penalti di Spa dan Monza agar lolos di Singapura, trek yang dirasa cocok buat mobil. Penggunaan mesin spek 3 merupakan komponen kelima yang digunakan sepanjang musim ini, dan semua pebalap harus mundur lima grid dari hasil kualifikasi.

”Kami merasa yakin akan performa di Singapura, dan kami memutuskan bahwa mesin saat ini akan dibawa ke sana. Akan ada pembaruan sejumlah setelan, tetapi tidak bisa merombak banyak di Singapura,” ujar Hasegawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com