Tokyo, KompasOtomotif - Indonesia kini menjadi pasar terpenting buat Yamaha secara global. Buktinya, begitu penjualannya di Indonesia anjlok, Yamaha Motor Company Limited sangat merasakanya. Bahkan harus merevisi target penjualan tahun ini sampai 14,3 persen karena hasil memperoleh hasil yang mengecewakan pada semester pertama tahun ini.
Produsen sepeda motor terbesar kedua Jepang ini hanya berhasil mengantungi keuntungan 14,5 miliar yen (Rp 1,747,714,000,000), anjlok tajam 49,8 persen dari periode yang sama tahun lalu mencapai 29 miliar yen (Rp 3,49 triliun).
Berdasarkan data laporan keuangan kuartal kedua tahun ini, nilai total penjualan bersih Yamaha stagnan, bahkan turun tipis yakni 632,2 miliar yen (Rp 76,2 triliun) atau turun 4,6 persen dibandingkan periode yang sama dengan tahun lalu 663,1 miliar yen (79,9 triliun).
Nilai penjualan bersih (net) sepeda motor terpangkas 10,3 persen menjadi 414,7 miliar yen (Rp 49,triliun) dari 462,3 miliar yen atau Rp 55,7 trilun (periode sebelumnya). Jumlah unit yang terjual 3,1 juta unit di seluruh dunia, tergerus 10,5 persen dari sebelumnya 3,5 juta unit.
Penurunan penjualan dialami Yamaha hampir diseluruhk negatra kecuali di Amerika Utara yang naik tipis menjadi 38.000 unit dari sebelumnya 31.000 unit. Penurunan penjualan utama terjadi pada beberapa negara berkembang, khususnya Asia Tengah dan Amerika Utara.
Di Thailand dan India jualan Yamahamalah naik. Namun kenaikkan itu tidak ada artinya dibandingkan pernurunan penjualannya di Indonesia, Brasil dan negara berkembang lain akibatnya terjadinya pengetatan peraturan finansial. Faktanya, penetapan uang pangkal (DP) minimum kredit kendaraan 25-30 persen di Indoneisa mempengaruhi total penjualan Yamaha secara global.
Dengan revisi target penjualan, Yamaha juga mengurangi target pemasukan akhir tahun ini, dari semula ditetapkan 1,4 triliun yen menjadi hanya 1,2 triliun yen saja!