JAKARTA, KOMPAS.com – Subsidi pemerintah telah menjadi salah satu faktor kunci yang mendongkrak minat konsumen terhadap motor listrik.
Sebelumnya, motor listrik mendapatkan potongan harga yang signifikan, yang membuat harga jualnya lebih terjangkau bagi konsumen.
Program subsidi ini bertujuan untuk mendorong peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan ramah lingkungan, serta mengurangi polusi udara yang semakin parah di kota-kota besar.
Baca juga: Cara Benar Meminta Jalan kepada Lane Hogger di Jalan Tol
Namun, dengan berakhirnya subsidi tersebut, harga motor listrik menjadi lebih mahal, dan daya beli konsumen yang terbatas menjadi kendala besar.
Ini membuat beberapa calon pembeli merasa keberatan untuk beralih ke motor listrik, yang meskipun lebih efisien dalam jangka panjang, memerlukan investasi awal yang cukup besar.
Budi Setiyadi, Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), mengatakan, penjualan motor listrik mayoritas berasal dari Sisapira (Sistem Informasi Pemberian Bantuan Pembelian Kendaraan Listrik Roda Dua).
Baca juga: Denza D9 Meluncur di Indonesia Pekan Depan
Seperti diketahui, Sisapira adalah platform milik pemerintah yang berfungsi menyalurkan subsidi motor listrik.
“Perkiraan saya kalau enggak subsidi, harga masih cukup tinggi. Mungkin kalau masyarakat ada program subsidi, pasti akan menggunakan subsidi,” ujar Budi, kepada Kompas.com (16/1/2025).
“Mungkin saya kira pembelian menggunakan skema Sisapira lebih dari 85 persen, mayoritas pastinya,” kata dia.
Baca juga: Dijual Rp 500 Jutaan, Hyundai Creta N Line Turbo Malah Laris
Berdasarkan data Sisapira, unit motor listrik subsidi yang tersalurkan pada 2024 mencapai 62.541 unit. Angka ini mengalami lonjakan hingga 5 kali lipat dibandingkan tahun 2023, yang meraih 11.532 unit.
Namun semenjak kuotanya habis pada Oktober 2024, penjualan motor listrik sampai awal tahun ini diakui mengalami perlambatan.
“Masyarakat kita itu harga masih jadi pertimbangan, selain dari endurance, kemudian fisik dan sebagainya. Kalau yang paling bagus menurut saya, masyarakat itu memilih yang harga di bawah Rp 20 juta,” ucap Budi.
“Kemudian dikurangi subsidi, kemudian harga itu yang dibayarkan. Itu yang banyak diminati masyarakat, artinya harga yang terjangkau,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.