Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seladi, Sosok Polantas Pilih Jadi Pemulung daripada Terima Suap

Kompas.com - 24/12/2024, 10:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Seorang polisi lalu lintas (Polantas) memiliki profesi sampingan sebagai seorang pemulung viral di media sosial. Fenomena itu cukup menarik perhatian warganet, mengingat memulung sampah merupakan aktivitas kotor secara kasat mata.

Namun, di balik aktivitas kotornya itu, Bripka Seladi ingin menjadi polisi “bersih” yang tak mau menerima suap dan bekerja dengan jujur.

Bripka (purn) Seladi (65), mantan anggota Satlantas Polresta Malang Kota mengatakan, dirinya sudah pensiun sejak 2017 di usia 58 tahun.

Baca juga: Saat Siswa SMA Belajar Kesederhanaan dari Pak Seladi, Si Polisi Jujur


“Terakhir bertugas sebagai penguji pembuatan SIM A dan C di Polresta Malang Kota, saya memilih jujur tak mau menerima suap karena sudah menjadi prosedur dan berkaitan dengan kompetensi pengendara,” ucap Seladi kepada Kompas.com, Senin (23/12/2024).

Seladi mengatakan, daripada melakukan praktik korupsi seperti menerima suap, pungutan liar, untuk memenuhi kebutuhan dan menutup hutang, dirinya lebih memilih memungut sampah sejak 2004.

“Semua peserta ujian SIM yang lulus saya luluskan, nah biasanya ada yang tidak lulus minta bantuan dengan memberikan amplop berisikan uang, nah ini saya tolak,” ucap Seladi.

Baca juga: Ketika Seladi Si Polisi Jujur Kampanye Anti-korupsi di Hadapan Pegawai Pajak

Polisi jujur tolak terima suap pilih menjadi pemulungTangkapan layar Polisi jujur tolak terima suap pilih menjadi pemulung

Seladi mengatakan, lebih baik meminta pemohon SIM untuk melakukan ujian SIM kembali dengan memberikan arahan karena berkaitan dengan keselamatan di jalan.

“Tak mungkin saya meluluskan pemohon SIM bila tidak mengerti rambu-rambu di jalan, tidak punya kompetensi, ini kan berbahaya nantinya, nah saya kasih arahan agar pemohon bisa lulus dengan kompetensi yang ditentukan, tanpa ada biaya tambahan,” ucap Seladi.

Seladi mengatakan, memberikan suap atau menerimanya justru akan menimbulkan masalah baru. Selain melanggar hukum, hal itu menjadi beban tersendiri buat penyogok dan yang menerimanya.

Baca juga: Bripka Seladi, Pewaris Semangat Jenderal Hoegeng

“Bukannya saya menolak rezeki, tapi saya cari yang halal saja, yaitu dengan mencari tambahan lewat memulung sampah tadi, itu lebih menenangkan bagi saya,” ucap Seladi.

Seladi mengatakan, dirinya tak hanya menolak suap tapi juga nepotisme seperti adanya rekan kerja oknum polisi yang minta bantuan untuk meluluskan pemohon SIM yang dibawanya.

“Kan biasanya ada oknum polisi yang membawa nama pemohon, terus bila minta bantuan kepada saya, saya tetap meminta pemohon untuk datang langsung untuk melakukan ujian sesuai prosedur,” ucap Seladi.

Baca juga: Bripka Seladi Ajak Pengamen Ikut Memulung Sampah agar Tak Ganggu Lalu Lintas

Bahkan, Seladi senantiasa berhati-hati dalam setiap bentuk gratifikasi dari rekan kerjanya, meski hanya secangkir kopi di pagi hari.

“Daripada saya minum kopinya, tapi setelah itu saya menjadi merasa berhutang dan harus melakukan praktik korup, mending saya tolak di awal, saya tidak apa-apa dijauhi atau dibenci rekan kerja,” ucap Seladi.

Berkat sikap jujurnya, Seladi mengaku, saat ini memiliki banyak saudara baik dari teman-teman polisi, masyarakat atau sesama pemulung, dan itu memberikan kebahagian tersendiri baginya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau