Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aion Sebut Banting Harga Mobil Listrik Merugikan Konsumen

Kompas.com - 30/09/2024, 08:22 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pertumbuhan mobil listrik di Indonesia dapat dilihat dari banyaknya merek asal China yang ekspansi ke pasar otomotif Tanah Air sejak 2022.

Sejak saat itu terjadi persaingan sengit antar sesama merek Tiongkok, yang kemudian mengarah pada perang harga untuk merebut hati konsumen Tanah Air.

Aion sebagai salah satu merek asal China yang akan meramaikan pasar otomotif khususnya di segmen mobil listrik, buka suara mengenai persaingan harga ketat mobil listrik di Indonesia.

Baca juga: Mobil Listrik MG Tabrak Booth di GIIAS Bandung 2024, Diduga Pengunjung Tak Sengaja Injak Pedal Gas

Aion Indonesia mengumumkan pembukaan jaringan diler resmi Aion Soekarno Hatta Bandung.KOMPAS.com/DIO DANANJAYA Aion Indonesia mengumumkan pembukaan jaringan diler resmi Aion Soekarno Hatta Bandung.

Seperti diketahui, banyaknya pemain mobil listrik yang dibantu insentif pemerintah menjadi muasal persaingan harga. Kondisi ini membuat pabrikan berlomba-lomba menawarkan harga yang bersaing. Bahkan, ada mobil listrik yang merevisi harga berkali-kali dalam satu tahun dipasarkan.

Andry Ciu, CEO Aion Indonesia mengatakan, pihaknya khawatir dengan perang harga mobil listrik. Berkaca dari Thailand, perang harga justru dapat merugikan konsumen karena penurunan nilai jual kembali.

“Karena bagi pembeli selain kendaraan itu penting, resale value juga penting, karena mobil yang dibeli akan dijual kembali. Resale value juga perlu dijaga,” ujar Andry di Bandung (26/9/2024).

Baca juga: Biasakan Lepaskan Rem Tangan Sebelum Mobil Parkir Lama

“Harga kami upayakan fix, bahkan cenderung naik. Bukan dibanting-banting. Karena setengah tahun ini kami sudah di sini, kami tidak mau ada perang dengan cara fight, grab market dengan cara banting harga,” kata dia.

Andry juga berharap, produsen mobil listrik di Indonesia tidak melakukan perang harga seperti yang terjadi di Thailand.

“Karena apabila itu terjadi, yang mengalami kerugian akan banyak pihak. Apabila terjadi price war seperti di Thailand, pembeli ikut dirugikan. Penjual ikut dirugikan juga. Banyak yang dirugikan, semoga tidak terjadi di Indonesia,” kata Andry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau