JAKARTA, KOMPAS.com – Pertumbuhan mobil listrik di Indonesia dapat dilihat dari banyaknya merek asal China yang ekspansi ke pasar otomotif Tanah Air sejak 2022.
Sejak saat itu terjadi persaingan sengit antar sesama merek Tiongkok, yang kemudian mengarah pada perang harga untuk merebut hati konsumen Tanah Air.
Aion sebagai salah satu merek asal China yang akan meramaikan pasar otomotif khususnya di segmen mobil listrik, buka suara mengenai persaingan harga ketat mobil listrik di Indonesia.
Seperti diketahui, banyaknya pemain mobil listrik yang dibantu insentif pemerintah menjadi muasal persaingan harga. Kondisi ini membuat pabrikan berlomba-lomba menawarkan harga yang bersaing. Bahkan, ada mobil listrik yang merevisi harga berkali-kali dalam satu tahun dipasarkan.
Andry Ciu, CEO Aion Indonesia mengatakan, pihaknya khawatir dengan perang harga mobil listrik. Berkaca dari Thailand, perang harga justru dapat merugikan konsumen karena penurunan nilai jual kembali.
“Karena bagi pembeli selain kendaraan itu penting, resale value juga penting, karena mobil yang dibeli akan dijual kembali. Resale value juga perlu dijaga,” ujar Andry di Bandung (26/9/2024).
“Harga kami upayakan fix, bahkan cenderung naik. Bukan dibanting-banting. Karena setengah tahun ini kami sudah di sini, kami tidak mau ada perang dengan cara fight, grab market dengan cara banting harga,” kata dia.
Andry juga berharap, produsen mobil listrik di Indonesia tidak melakukan perang harga seperti yang terjadi di Thailand.
“Karena apabila itu terjadi, yang mengalami kerugian akan banyak pihak. Apabila terjadi price war seperti di Thailand, pembeli ikut dirugikan. Penjual ikut dirugikan juga. Banyak yang dirugikan, semoga tidak terjadi di Indonesia,” kata Andry.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/09/30/082200815/aion-sebut-banting-harga-mobil-listrik-merugikan-konsumen