MAKASSAR, KOMPAS.com - Kecelakaan maut terjadi antara Toyota Land Cruiser dengan truk kontainer, di Makassar, Sulawesi Selatan.
Diketahui mobil Land Cruiser itu ditumpangi oleh pemilik warung makan Pallubasa Makassar Al Qadri Chaeruddin (36), kemudian sang istri Nurjannah (35), adik Qadari bernama Khaerunnisa Chaeruddin (23), dan anak bernama Muh Fadlan (7).
Baca juga: Update Kasus Pengguna MG 4 EV yang Dilarang Cas di Diler Resmi
Akibat kecelakaan bodi depan sebelah kiri mobil menabrak bagian belakang truk hingga ringsek. Istri dan anak Qadri dinyatakan tewas saat dibawa ke rumah sakit (RS).
Kasat Lantas Polrestabes Makassar Kompol Mamat Rahmat mengatakan, kecelakaan terjadi saat sopir memacu mobil dengan kecepatan tinggi dan berupaya menyalip mobil truk kontainer yang berjalan pelan di sisi kiri jalan tol.
"Itu lewat tol menuju bandara dan mengalami kecelakaan berserempetan dengan kontainer," ucap Mamat dilansir dari Kompas.com, Kamis (26/9/2024).
Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan, kecelakaan tabrakan belakang atau rear end collision kerap terjadi karena ketidakdisplinan pengguna jalan tol.
Baca juga: Update Kasus Pengguna MG 4 EV yang Dilarang Cas di Diler Resmi
"Kejadian semacam ini sering sekali, pengguna mobil nabrak belakang dan hilang (korban meninggal). Pada dasarnya sama," ujar Jusri yang ikut berduka karena mengenal keluarga korban, kepada Kompas.com, Kamis (26/9/2024).
Jusri mengatakan, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan pengguna jalan terutama jalan tol untuk mencegah menabrak bagian belakang truk.
"Kalau perjalanan pada malam hari saat visibitas kurang atau menurun maka yang perlu kita cermati adalah tidak selalu berada di jalur lambat," ujarnya.
"Pada tol tertentu, jalur lambat kebanyakan truk sudah menyalahi kecepatannya sendiri, truk terlalu pelan, kalau minimum itu 60 Kpj ini 40 Kpj. Kecepatan yang terlalu pelan bisa membahayakan karena pengguna jalan lain di atas 60 Kpj semua," katanya.
Kedua kata Jusri, pengemudi gagal mengantisipasi bahaya yang datang dari kendaraan besar seperti truk.
Baca juga: Aion Perluas Jaringan Mobil Listrik di Kota Bandung
Di mana harus diakui, kadang kelengkapan berkendara truk juga tidak baik seperti lampu rem redup dan tidak pakai stiker pemantul cahaya.
"Kedua mereka juga gagal mengantisipasi kendaraan angkutan barangdan kelayakan kendaraan kurang, tidak punya lampu rem atau lampu belakang dan lainnya," ujarnya.
Namun bukan hanya dari sisi truk, pengemudi mobil di jalan tol sering mengambil jalur lambat atau bahkan bahu jalan untuk menyalip. Padahal seperti disebutkan menyalip hanya boleh dilakukan di jalur kanan.
"Ketiga kadang pengemudi tidak sabar dan sering menggunakan bahu jalan sebagai jalur menyalip kendaraan lain, dengan kata lain jangan pernah melakukan overtake dari bahu jalan," katanya.
Baca juga: PO Harapan Jaya Rilis Bus Tingkat Unik, Ada Sleeper Seat di Dek Atas
"Menyalip dari bahu jalan sangat berbahaya, sebab ada kenungkinan dijadikan tempat berhenti darura," kata jusri.
Baca juga: Cek Harga Tiap Varian BYD M6 yang Resmi Meluncur di Bandung
Untuk mengindari kecelakaan serupa terjadi, Jusri mengimbau setiap pengemudi kendaraan di jalan tol untuk lebih memperhatikan atau antisipasi perilaku penggunaan lajur.
"Kita di indonesia ini kacau, pertama orang menyalip di bahu jalan, kemudin lane hogger, terus ada istilah pengelompokan kemacetan di tol di mana ada kendaraan yang melaju lebih pelan dai batas minimum," katanya.
"Kecelakaan bisa terjadi bukan hanya karena lebih kencang (ngebut) tapi karena juga ada yang lambat," kata Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.