Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangani Trauma Psikologis Pasca-Kecelakaan Lalu Lintas

Kompas.com - 10/08/2024, 11:02 WIB
Muh. Ilham Nurul Karim,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan lalu lintas di jalan raya sering kali menimbulkan dampak yang lebih luas daripada sekadar kerusakan fisik. Tidak hanya korban yang mengalami cedera, tetapi juga keluarga dan orang-orang di sekitarnya yang merasakan efek dari insiden tersebut.

Meski demikian, tidak semua kecelakaan menyebabkan trauma psikologis yang mendalam, meski dampaknya sering kali memerlukan perhatian khusus.

Menurut Anna Surti Ariani, psikolog klinis dari PacHealth, kecelakaan lalu lintas dapat menjadi peristiwa yang traumatis, namun tidak selalu menimbulkan trauma pada setiap individu.

Baca juga: [POPULER OTOMOTIF] Mobil Listrik BYD Seal Kecelakaan | Kebiasaan Baru yang Harus Diketahui Pengguna Mobil Hybrid | PO Sinar Jaya Buka Trayek Bus AKAP Mampang-Parangtritis

"Kecelakaan biasanya memang jadi peristiwa traumatis, tapi belum tentu menyebabkan trauma lho. Jadi belum tentu harus diatasi," ujar Anna kepada Kompas.com, Jumat (9/8/2024).

Pendekatan yang tepat dalam memberikan pertolongan pertama secara psikologis sangat penting untuk memastikan bahwa korban dapat pulih secara fisik dan mental.

Lebih lanjut, Anna menjelaskan, pentingnya dukungan psikologis awal. Saat ini Kementerian Kesehatan tengah mengembangkan program khusus bernama P3LP (Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis). Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan psikologis awal (DPA) yang diperlukan segera setelah kecelakaan terjadi.

Pentingnya dukungan psikologis awal pasca kecelakaan lalu lintas.kompas.com Pentingnya dukungan psikologis awal pasca kecelakaan lalu lintas.

"Biasanya, tepat setelah kecelakaan berlangsung, perlu ada beberapa psychological first aid atau dukungan psikologis awal. Kemenkes sedang membangun program ini, dinamakan P3LP," jelasnya.

Anna juga menekankan pentingnya pengamatan terhadap kondisi korban kecelakaan, baik secara fisik maupun psikis.

"Kita perlu mengamati apa yang terjadi pada orang yang mengalami kecelakaan. Fisiknya gimana, reaksi dia secara psikis gimana. Apakah shock atau bingung, atau marah besar, atau cukup tenang. Dari pengamatan ini, kita bisa tahu apa yang betul-betul dibutuhkan oleh orang itu pada saat itu," tambahnya.

Penanganan yang tepat terhadap reaksi emosional korban adalah langkah awal yang krusial dalam proses pemulihan.

Baca juga: PO Taraline Rilis Medium Bus Mewah untuk Pariwisata

"Paling awal kita perlu menstabilkan emosinya, menenangkan, kemudian mempelajari siapa yang diharapkannya untuk memberi bantuan," tutup Anna.

Dengan pendekatan yang tepat, dukungan psikologis yang diberikan dapat membantu korban melewati masa sulit pasca-kecelakaan, serta mencegah berkembangnya trauma yang lebih serius di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau