JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum memulai perjalanan arus balik dan kembali ke kota asal, pemudik dianjurkan untuk bersiap dan memastikan tubuh dalam kondisi prima, istirahat cukup, dan fisik bugar.
Selama perjalanan, pemudik juga harus mengutamakan istirahat teratur. Sebaiknya tidak mengemudi terus-menerus tanpa henti.
Satu kekeliruan yang cukup sering terjadi adalah pemudik terlalu mengandalkan kopi atau minuman berenergi sebagai pemacu tambahan selama perjalanan.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), menjelaskan, mengonsumsi kopi dan minuman berenergi bisa dianggap sebagai doping. Perilaku ini dinilai kurang baik dan bisa membahayakan.
Baca juga: Dua Penyebab yang Bikin Sopir Bus Ugal-ugalan di Jalan
Menurutnya, doping akan memaksa tubuh untuk bekerja melebihi kapasitas maksimum dan mengganggu ritme kerja yang normal.
“Minuman itu memberikan efek ilusi, seolah-olah tubuh masih segar, padahal otak dan saraf sudah dalam kondisi lelah. Respons reflek juga bisa menurun,” ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/4/2024).
Menurut Sony, manusia sudah memiliki jam biologis bernama circadian rythm yang secara otomatis menentukan waktu untuk bekerja dan beristirahat.
Baca juga: Lebaran Hari Kedua, Tol Jagorawi Padat
“Selama perjalanan jauh sebaiknya hindari konsumsi kopi atau energy drink. Pakai pola istirahat normal, berhenti setelah mengemudi selama tiga jam,” kata dia.
Satu kondisi berbahaya yang bisa terjadi jika pemudik berlebihan mengonsumsi energy drink adalah terkena microsleep, situasi ketika tubuh seolah terjaga, tetapi fokus hilang sepenuhnya karena otak sudah kelelahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.