JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa cekcok antara pengguna kendaraan di jalan raya kembali terjadi. Kali ini melibatkan jurutama masak profesional Junior John Rorimpandey alias Chef Juna dan sopir truk di salah satu gerbang tol.
Dalam rekaman yang diunggah oleh akun Instagram Fokshitt, Minggu (11/2/2024), disebutkan bahwa peristiwa itu terjadi di Gerbang Tol Pondok Ranji.
Cekcok tersebut diduga terjadi karena mobil yang dikendarai Chef Juna dan sopir truk saling pepet. Chef Juna tampak turun dari mobil untuk menegur sopir truk yang diduga memepet kendaraannya.
“Elu mau nyerempet gue tadi, tadi gue tegur baik-baik,” ucap Chef Juna dalam video tersebut.
“Terus nyerempet nggak? Gue kan udah sorry bang, ini masterchef kan? Yaudah karena lo masterchef gue minta maaf,” jawab sopir truk.
Baca juga: Layanan Samsat di Jakarta Libur dari 12-15 Februari 2024
Tak sampai di situ, aksi cekcok pun berlanjut lantaran sang sopir truk merasa Chef Juna mengeluarkan kata-kata kasar kepadanya.
Chef Juna pun membalas bahwa ia tidak mengeluarkan kata-kata tersebut. Ia mengaku hanya memperingatkan sopir truk yang mengemudi menggunakan headset.
View this post on Instagram
Sampai akhir video, nampak kedua pria itu masih terlibat cekcok. Tidak diketahui bagaimana permasalahan tersebut diselesaikan.
Belajar dari kejadian ini, Founder & Training Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, ketika berada di jalan raya kekuatan empati itu sangat penting dan bisa mengontrol tindakan-tindakan impulsif, seperti pukul-pukulan di jalan raya, ditabrak atau lain sebagainya.
“Di sini kalau kita lihat yang harus menjadi catatan bagi masyarakat, pengguna wajib memiliki empat komponen, yakni terampil, tertib, antisipatif dan empati,” ucap Jusri, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/2/2024).
Menurut Jusri dua komponen terakhir yakni antisipatif dan empati jarang dimiliki oleh pengguna jalan. Banyak dari mereka yang berpikir kalau mau aman atau ada di jalan raya selain punya SIM mereka cukup tertib.
“Tapi mereka lupa kemampuan antisipasi atau empati tidak dimiliki. Padahal penyebab insiden di jalan raya dipicu oleh dua elemen tadi. Dua komponen ini boleh dibilang menjadi kelemahan bagi pengguna jalan di Indonesia, sering memicu terjadinya kecelakaan dan konflik,” kata Jusri.
Jusri melanjutkan, banyak pengguna jalan yang juga tidak paham dalam kemampuan kontrol emosi. Semisal pengguna jalan di depan-belakang sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil, seperti memiliki masalah baik dalam masalah pekerjaan, keluarga dan sebagainya.
“Dalam kondisi normal orang yang mengalami masalah mental kemampuan humanisnya sedang drop atau hampir tidak ada, sehingga kalau mereka dipicu dengan sesuatu yang mereka tidak suka gampang sekali meledak,” ucap Jusri.
Baca juga: Layanan Samsat di Jakarta Libur dari 12-15 Februari 2024
Dalam kasus ini, Jusri menyebut, chef Juna masih mampu mengontrol emosinya dengan baik. Di mana ia tidak memberikan perlawanan atau aksi yang impulsif ketika diprovokasi oleh sopir truk.
Tak lupa, Jusri juga mengingatkan pengguna jalan lainnya untuk selalu memiliki sikap empati di jalan raya sehingga konflik seperti ini bisa terhindarkan.
“Dari awal kita harus siap bahwa di jalan raya kita akan menghadapi situasi yang bisa memprovokasi hal itu, jadi sabar dan ingat. Dalam kasus Juna di sini dia masih bisa sabar dan ingat siapa diri dia, sehingga tidak terjadi hal-hal impulsif,” kata Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.