JAKARTA, KOMPAS.com - Berkendara saat musim hujan berbeda dengan kondisi normal. Bisa dikatakan, ancaman dan risiko dalam perjalanan lebih besar karena permukaan jalan yang lebih licin.
Seperti diketahui, kondisi jalan yang basah membuat jarak pengereman lebih panjang. Belum lagi ditambah dengan bahaya aquaplaning yang mengintai.
Meski kerap diingatkan soal pentingnya menjaga kondisi tekanan udara pada ban, tapi tak sedikit pengendara yang justru melakukan hal sebaliknya.
Baca juga: Biar Nyaman dan Awet, Ini 5 Cara Cek Kondisi Ban Mobil
Hal ini karena adanya anggapan berkendara dengan tekanan udara pada ban yang dikurangi akan membuat tapak lebih menyentuh permukaan jalan. Dengan demikian, risiko kehilangan traksi bisa tereduksi.
Lantas apakah anggapan tersebut benar, atau hanya sekadar mitos atau salah kaprah yang justru punya risiko besar untuk dilakukan?
Menanggapi hal ini, On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Tbk Zulpata Zainal menjelaskan, metode atau anggapan mengurangi tekanan udara pada ban mobil saat musim hujan tidak benar untuk dilakukan.
Zulpata menjelaskan, anggapan tersebut hanyalah mitos. Hal ini karena tekanan udara paling bagus ialah yang sesuai rekomendasi pabrikan.
Baca juga: Ada Penyesuaian, Harga Mobil Honda Mulai Naik
"Saat tekanan udara dikurangi maka dinding ban menjadi lebih lembek akan berakibat daya pengereman jadi kurang baik di jalan basah maupun kering," ucap Zulpata beberapa waktu lalu kepada Kompas.com.
Lebih lanjut Zulpata menjelaskan, baik berkendara dalam kondisi kering atau basah di musim hujan, tekanan udara paling ideal adalah sesuai yang sudah disarankan.
Menurutnya, ketika tekanan udara dikurangi, maka ada risiko ban tidak memiliki contact patch atau area kontak dengan aspal yang maksimal.
Tanpa disadari, kondisi ini akan membuat daya cengkeram ban juga menjadi berkurang atau tidak sebagus ketika tekanan udaranya sesuai. Dengan demikian, risikonya akan lebih besar.
Selain Zulpata, hal senada juga diutarakan Chief Technology Officer Goodyear Chris Helsel. Menurut dia, bila kondisi ban dengan tekanan udara tak sesuai dapat berpengaruh terhadap stabilitas kendaraan.
Baca juga: 3 Faktor yang Sebabkan Aquaplaning tapi Kerap Disepelekan
"Kenyataannya, justru saat tekanan udara ban di bawah anjuran terjadi struktur berbentuk W. Di mana, bagian tengah tapak ban tidak menyentuh permukaan jalan," ucap Chris.
Sebaliknya, saat ban diberi tekanan udara yang lebih tinggi dari anjuran, maka telapak akan membentuk struktur U di mana hanya bagian tengah yang menyentuh jalan.
Kondisi tersebut dianggap tidak memberikan daya cengkram ban maksimum yang dibutuhkan saat mobil melintasi genangan air.
"Masalah-masalah itu seperti kurangnya traksi, tapak ban menjadi lebih cepat aus, bahkan yang paling fatal ialah kerusakan pada ban," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.