JAKARTA, KOMPAS.com - Bemo merupakan salah satu angkutan umum legendaris di DKI Jakarta. Keberaannya populer pada tahun 1960 sampai 1970-an sebagai alat transportasi yang murah dan efisien.
Kepopuleran bemo ikut terdongkrak karena bentuknya identik dengan salah satu wajah pelawak legendaris Indonesia yaitu Dono, anggota dari grup Warkop DKI.
Baca juga: Subaru Belum Punya Rencana Bikin Pabrik di Indonesia
Dilansir dari buku "Sejarah Mobil & Kisah Kendaraan Mobil di Negeri Ini", karya James Luhulima, bemo memakai basis dari Daihatsu Midget MP4 dan pertama kali masuk ke Indonesia pada 1962.
"Tidak jelas mengapa Daihatsu Midget itu diberi nama bemo. Ada yang menduga bemo itu singkatan dari becak bermotor, mengingat sama seperti becak, Daihatsu Midget pun memiliki tiga roda. Namun, tidak ada yang dapat mengonfirmasi dugaan itu," tulis buku dikutip Jumat (24/11/2023).
Di negara asalnya yaitu Jepang, Daihatsu Midget digunakan untuk alat angkut barang namun di Indonesia bagian belakangnya dipasang tempat duduk sehingga jadi alat transportasi manusia.
Salah satu tujuan utama adanya bemo yaitu sebagai alternatif dari becak yang hanya bisa mengangkut 2-3 penumpang.
Baca juga: Honda Jazz Parkir Setahun di Pinggir Jalan, Ini Estimasi Kerusakan dan Biaya Servis
Meski bisa membawa lebih banyak penumpang daripada becak tempat duduk bemo tidak terlalu banyak, dan karena dimensinya terbatas tak jarang penumpang duduk berdesakan di bagian belakang.
Biasanya bemo hanya bisa menampung dua penumpang di kursi depan dan enam penumpang di belakang.
Di Indonesia, bemo dimasukkan dan dirakit oleh PT Pabrik Diesel dan Traktor atau PT Paditraktor yang berlokasi di Cawang, milik Tayeb Mohammad Gobel pada bulan Juli 1962.
Saat itu Bemo hadir untuk membantu menyukseskan Asia Games IV di Jakarta, dan mendampingi opelet yang sebelumnya sudah dikenal sebagai angkutan umum.
Baca juga: 6 Ruas Tol yang Akan Terapkan Transaksi Nirsentuh MLFF
"Langkah itu dilakukannya dalam upaya mempersiapkan kendaraan angkutan umum untuk menyukseskan penyelenggaraan Asia Games IV di Jakarta pada tanggal 24 Agustus-4 September 1962," tulis buku.
Melansir Bobo, tak hanya di Jakarta, bemo juga ada di beberapa kota besar lain seperti Surabaya, Bandung, Bali, Padang, dan kota lainnya.
Perlahan popularitas bemo memudar dan menghilang karena banyak angkutan umum lain yang lebih canggih dan bisa menampung lebih banyak penumpang.
Penyebab lain bemo ditinggalkan penumpang karena dianggap sebagai sumber polusi udara. Kemudian bemo-bemo yang rusak sulit diperbaiki sebab tidak ada yang menjual suku cadangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.