JAKARTA, KOMPAS.com - Bekerja menjadi sopir ternyata tidak hanya harus sekedar mahir mengendarai kendaraan niaga dan menaklukan berbagai medan jalan saja. Menjalani profesi ini tenyata membutuhkan banyak hal yang harus dikorbankan, termasuk jarang bertemu keluarga.
Ivan salah satu sopir truk dari perusahaan logistik asal Bandung mengatakan, hampir semua sopir truk lebih banyak menghabiskan waktunya di jalan ketimbang pulang ke rumah.
"Muatan barang yang harus diantara itu harus melintasan jalan di Indonesia itu beragam. Bahkan jaraknya bisa antar kota, antar provinsi bahkan antar pulau. Belum lagi kalau macet. Makanya kita (sopir truk) bisa berhari-hari di jalan," kata Ivan kepada Kompas.com di Pelabuhan Sunda Kelapa, Selasa (7/11/2023.
Baca juga: Pemerintah Yakin Kendaraan Listrik Bakal Laris Tahun Depan
Ivan menjelaskan, sistem kerja sopir truk memang berbeda dengan kebanyakan profesi pada umumnya. Sistem upah yang diterima juga ada yang model borongan atau bulanan dari perusahaan.
Kendati demikian, kedua model pembayaran sopir truk tersebut mengandalkan jumlah perjalan dan jarak tempuh yang harus dilintasi. Makin banyak jumlah perjalanan dan makin jauh sopir dalam mengantarakan barang, maka makin besar upah yang diterima.
Baca juga: Mazda Nurut dengan Pemerintah, Siapkan Mobil Listrik
"Makanya saya pulang itu dalam sebulan bisa hanya 3 kali saja. Kalau terlalu banyak sering pulang, uang yang diterima juga belum seberapa. Yang penting ketemu keluarga makan masakan rumah," kata Ivan.
Lantaran lebih banyak menghabiskan waktu di jalan, Ivan mengatakan bila kondisi sudah memungkinkan, sopir akan gantian dengan sopir kedua atau kernet untuk istirahat dan mandi. Bahkan, dirinya akan makan dimana saja, seperti di dalam truk agar perjalanan mengantarkan barang tidak tertunda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.