Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanfaatan Hidrogen pada Transportasi Mulai 2031

Kompas.com - 09/11/2023, 07:22 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah RI melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut bahwa kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia  berlimpah dan beragam. Dasar ini menjadikan Tanah Air sebagai negara yang berpeluang dalam pengembangan energi hijau.

Apalagi Indonesia telah menyetujui Paris Agreement pada 2016 yang berisikan komitmen atas pengurangan emisi hingga 100 persen alias Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang. Guna mencapainya, berbagai sektor perlu memanfaatkan EBT termasuk transportasi.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM RI Andriah Feby Misna mengatakan, salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk menuju era netralitas karbon itu ialah hidrogen.

Baca juga: Pajak Kendaraan Listrik di Sumatera Utara Turun Jadi 10 Persen

Konsep teknologi mobil hidrogen ToyotaToyota Motor Corp. Konsep teknologi mobil hidrogen Toyota

"Kita sudah menyusun roadmap 2021-2060. Berbagai upaya dilakukan baik dari sisi supply dan demand. Harapan kita, di tahun 2031 nanti bisa mendorong pengembangan hidrogen untuk sektor transportasi," ujarnya dalam acara Seminar Nasional 100 Tahun Industri Otomotif Indonesia, Rabu (8/11/2023).

"Sementara untuk sektor industri diharapkan tahun 2041 kita sudah masuk ke hidrogen," lanjut dia.

Meski begitu, pihak ESDM mengaku bahwa akan terus membentuk ekosistem industri hidrogen nasional sebagai pijakan yang kuat dalam melakukan transisi. Jadi, tidak bergantung dengan negara lain.

Selain target pengembangan secara masif untuk sektor transportasi dan industri, Feby mengatakan pemerintah telah membuat roadmap untuk IKN dan merencanakan 50 persen transportasi umum di kawasan tersebut menggunakan listrik atau hidrogen pada 2035.

"Tahun 2040 sebagian bus akan beralih ke hidrogen dan harapannya nanti di 2040-2060 bisa 100 persen hidrogen di IKN," ucapnya.

Baca juga: Kendaraan Hidrogen Punya Potensi Besar di Indonesia

 

Toyota Motor Corporation (TMC) akan terus mendorong pengembangan kendaraan hidrogen atau fuel cell electric vehicle (FCEV).Foto: Toyota Times Toyota Motor Corporation (TMC) akan terus mendorong pengembangan kendaraan hidrogen atau fuel cell electric vehicle (FCEV).

Lebih lanjut, Feby menjelaskan pengembangan teknologi hidrogen dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, mulai dari sumber energi, proses produksi, jenis bahan baku, hingga emisi yang dihasilkan.

Tetapi diakui pada sisi sumber energi, saat ini 97 persen sumber energinya masih dihasilkan masih dari bahan bakar fosil melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sebarannya berada di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua.

Sumber energi hidrogen sendiri diklasifikasikan jadi empat, yakni hidrogen coklat yang dibuat dari batu bara, hidrogen abu-abu dari pembakaran gas alam tanpa CCUS alias karbon.

Lalu hidrogen biru yang dihasilkan dari pembakaran gas alam dengan CCUS, dan hidrogen hijau yang berasal dari EBT dan elektrolisis (proses air menjadi listrik).

"Tentu yang kita harapkan sumbernya ialah hidrogen hijau," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau