JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan manajemen konsultansi global, Arthur D. Little (ADL) menerbitkan laporan studi, mengenai kondisi dan potensi pasar kendaraan listrik di Indonesia.
Laporan tersebut mengambil pandangan pragmatis tentang prioritas pemerintah Indonesia untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik (EV), serta pengembangan industri baterai, dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Menurut pendapat pakar otomotif ADL, ada beberapa poin yang harus digarisbawahi seputar tantangan Indonesia dalam hal memperlancar program elektrifikasi nasional.
Berdasarkan studi ADL, kelima tantangan mendasar yang dihadapi indonesia terhadap peralihan menuju mobilitas listrik adalah sebagai berikut :
Baca juga: PLN Pastikan Pasokan Listrik untuk SPKLU Aman
1. Ketergantungan yang kuat pada produksi Original Equipment Manufacturer (OEM) otomotif yang terbatas
2. Terbatasnya pengembangan infrastruktur pengisian daya (SPKLU)
3. Pemrosesan nikel yang kurang berkembang
4. Baterai Lithium Ferro Phosphate sebagai ancaman bagi keberadaan Nickel Manganese Cobalt
5. Keseimbangan antara keterkaitan regional dan prioritas nasional
Baca juga: Pelihara Honda NSR Lawas Perlu Bawa Oli Samping Saat Berkendara
Menyikapi kendala tersebut, Akshay Prasad, Manager ADL Asia Tenggara menjelaskan, sebagai tahap awal, Indonesia bisa mempertimbangkan untuk membuka pintu bagi merek baru dan tidak sepenuhnya bergantung pada merek dominan, dari segi industri otomotif.
Menurutnya, ada tarik OEM baru dari India, Tiongkok, serta pemain lokal yang lebih fokus pada pengembangan kendaraan listrik.
“Daripada hanya mengandalkan merek dominan saat ini yang sebagian besar berfokus pada ICE (Internal Combustion Engine), pemerintah bisa melirik jenama lain yang sepenuhnya berkomitmen pada elektrifikasi,” ujarnya kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (1/8/2023).
Berdasarkan pengamatannya, strategi ini akan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mempertimbangkan pengembangan OEM lokal yang selama ini masih kurang.
Baca juga: The New SUV Mitsubishi Pakai Mesin 1.500 cc
“Dengan mempromosikan produksi mobil listrik lokal secara strategis melalui insentif yang ditargetkan, seperti pembebasan bea masuk untuk komponen tertentu dan penetapan batas minimum yang lebih tinggi untuk investasi, dapat mendorong masuknya pemain utama dan menandakan pasar yang lebih berkembang,” kata Prasad.
Kendati adanya kendala, ADL mengaku optimis jika Indonesia bisa berkembang dan dalam posisi yang tepat untuk menjadi pusat mobilitas listrik secara global, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.