Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Wajib Punya Sinergi Roadmap Menuju Era Elektrifikasi

Kompas.com - 30/01/2023, 07:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Demi optimalisasi percepatan program penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) nasional, Indonesia perlu memiliki sinergi road map atau peta jalan energi, emisi, dan kendaraan bermotor.

Pasalnya, dijelaskan oleh Direktur Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, keberlangsungan popularitas kendaraan listrik sebagai moda transportasi sangat bergantung pada kebijakan energi.

Apabila terpisah-pisah, bahkan target waktu (timeline)-nya berbeda, para pelaku bisnis dan investor bisa kebingungan untuk menentukan strategi untuk mencapainya.

Baca juga: Fitur Tambahan pada Bus Mewah, Harus Diperhatikan Keamanannya

Proses perakitan baterai pada mobil terbaru Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid di pabrik TMMIN, Karawang, Jawa Barat.Toyota/TMMIN Proses perakitan baterai pada mobil terbaru Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid di pabrik TMMIN, Karawang, Jawa Barat.

"Katakan lah Indonesia punya target pengurangan emisi 32 persen pada tahun 2030. Nah energi-nya seperti apa? Kemudian pada sektor otomotif (termasuk transportasi), seperti apa? Ini harus saling sinergi, ketemu," katanya di Jakarta belum lama ini.

"Kemudian jangan hanya buat perencanaannya itu satu tahun ke depan, tidak ada yang bisa kita perbuat. Tapi kalau 10 tahun bahkan 20 tahun, banyak yang bisa kita lakukan. Jadi harus punya prespektif jangka panjang," lanjut Bob.

Lebih jauh, hubungan yang saling bersinergi antara energi, emisi, dan kendaraan listrik sangat terlihat apabila membicarakan sumber daya utama pada teknologi terkait yaitu lithium.

Bob mengatakan, saat ini litium jumlahnya tetap alias tidak bertambah. Sehingga saat ini, tantangan para manufaktur, ialah memanfaatkan sumber daya tersebut untuk bisa mengurangi emisi setinggi-tingginya.

Baca juga: Sopir Harus Punya Ikatan Emosional dengan Bus yang Dikendarainya

Panel surya di PLTS Likupang.Kementerian ESDM Panel surya di PLTS Likupang.

"Selain itu, apabila bicara pengurangan emisi, kalau di era elektrifikasi juga sangat erat kaitannya dengan pembangkit listrik. Mobilnya listrik tapi listriknya pakai batu bara, ya bagaimana ya," kata dia.

"Maka timing itu jadi penting kapan menggunakan energi baru terbarukan sebagai sumber energi sehingga lithium yang dipakai itu efektif dalam mengurangi emisi," tambah Bob.

Misalnya, di India, renewable energi sudah lebih murah dari bahan bakar fosil. Alasannya, karena semua masyarakat dibebaskan untuk mengaplikasikan solar panel dan jika pemakaiannya berlebih, bisa dijual ke pemerintah.

Sehingga secara alamiah, harga dari energi baru terbarukan lebih murah dan akhirnya membuat masyarakat tertarik ke sana.

Baca juga: Mobil Hybrid Jangan Sampai Terendam Banjir, Bisa Rugi Ratusan Juta

"Ini yang harusnya kita pelajari. Vietnam juga, dia banyak menggunakan gas. Sehingga pembangkit listriknya bahkan lebih bersih dari Jepang. Itulah yang kita dalami saat ini untuk Indonesia," ucap Bob.

Toyota Indonesia sendiri, kata dia lagi, mengaku akan terus mengikuti peta jalan yang sudah ditetapkan pemerintah. Di mana, pada 2030 diharapkan emisi akan turun 32 persen dan lima tahun setelahnya aktivitas di pabrik sudah zero emission.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau