SEMARANG,KOMPAS.com - Mobil transmisi matik dan manual dibuat untuk tujuan tertentu. Setiap generasi terus disempurnakan seiring perkembangan teknologi.
Meskipun demikian, banyak pemilik mobil yang tetap membandingkan keduanya, terutama untuk mencari kelebihan dan kekurangan.
Topik yang dibahas pun beragam, mulai dari konsumsi bahan bakar hingga kemampuan jelajah, yaitu masalah torsi dan kekuatan di medan-medan yang berat.
Ada pemilik yang pro dan kontra untuk mendapatkan siapa lebih unggul di antara kedua pilihan transmisi ini.
Misalnya, pada kontur jalan tanjakan dan perbukitan yang ekstrem, mobil manual dianggap lebih unggul. Namun, mobil matik juga mempunyai penilaian positif untuk faktor keamanan dari bahaya mobil mundur.
Lantas, seperti apa yang benar?
Kepala Bengkel Nasmoco Janti Yogyakarta Bambang Sri Haryanto mengatakan, ada plus dan minus antara mobil matik dan manual.
"Tergantung apa yang dicari, kemudahan penggunaan dan kenyamanan. Matik di atas kertas unggul, tapi untuk ketangguhan dan tenaga tetap manual juaranya," kata Bambang.
Baca juga: Setiap Berhenti di Lampu Merah Posisi Transmisi Mobil Matik di D, Bikin Boros BBM?
Kenyamanan berkendara nilainya bagi konsumen kemungkinan besar akan menjadi yang pertama. Pada kondisi tanjakan, bila dihitung persentase, Bambang menyebutkan, 60 persen murni kemampuan menguasai kendaraan, sedangkan 40 persen lainnya adalah faktor teknis kendaraan.
Adaptasi awal berhenti di jalan tanjakan yang curam paling dibutuhkan, yaitu feeling dan reaksi, apalagi pada mobil transmisi manual.
"Hal-hal teknis seperti stop and go kan butuh feeling penyesuaian pedal-pedal di mobil. Perpindahan gigi, dan memperhitungkan gradien tanjakan untuk seberapa besar torsi dan tenaga, itu juga butuh skill," katanya.
Ada pemilik yang pro pada mobil manual karena pengendalian kendaraan seluruhnya di pengemudi. Namun, pada dasarnya mengemudikan mobil manual di tanjakan ada risiko ancaman lebih besar yang mengintai.
Sementara itu, kebanyakan pengguna mobil matik akan lebih tenang dan percaya diri, hal tersebut memengaruhi kondisi psikologis.
Menurut Bambang, antara dua mobil tipe yang sama, tak ada perbedaan tenaga dan torsi. Nantinya, bila ada kasus gagal menanjak, penyebabnya bisa karena faktor human error.
"Mobilnya sehat, tapi pengemudi tidak menguasai teknik kan malah rusak. Jam terbang mengemudi yang biasanya perlu diasah. Teknik dan spesifikasi kendaraan itu kan kontrol di tangan pengemudi," terangnya.
Baca juga: Cara Aman Parkir Mobil Transmisi Manual di Tanjakan dan Turunan