Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 31/12/2022, 10:42 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Kasus rem blong banyak terjadi di jalan-jalan ekstrem turunan panjang. Hal itu bisa dikarenakan faktor teknis kondisi kendaraan atau non teknis kelalaian pengemudi. 

Kasus rem blong biasanya meningkat saat musim liburan, terutama di jalur-jalur wisata yang rutenya menyajikan tanjakan dan turunan ekstrem. Penyebabnya \banyak pengemudi yang belum memahami medan jalan. 

Maka dari itu, salah satu persiapan liburan yang aman adalah memastikan kondisi kendaraan terutama komponen utama mesin, transmisi, dan rem. 

Teknik dasar berkendara di medan jalan ekstrem pegunungan juga wajib dikuasai. Hal ini penting untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.

Baca juga: Dampak Tekanan Udara pada Ban yang Tak Seragam

Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) mengatakan, saat melewati jalan turunan panjang, teknik engine brake bisa digunakan agar rem tak terlalu berat. 

Rem blong, sopir bus rombongan wisata ke Telaga Sarangan memilih mengahntam tebing. Bus tiba tiba mengalami rem blong saat berada di tikungan tajam dan turunan curam. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut.KOMPAS.COM/DOK POLRES MAGETAN Rem blong, sopir bus rombongan wisata ke Telaga Sarangan memilih mengahntam tebing. Bus tiba tiba mengalami rem blong saat berada di tikungan tajam dan turunan curam. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut.

"Medan jalan yang dilalui bisa di perhitungkan, engine brake bisa dilakukan baik di mobil manual atau matik. Untuk berhenti dan mengurangi kecepatan cuma pakai rem, khawatirnya bisa overheat. Tidak pakem dan tak bisa digunakan," kata Sony. 

Teknik yang digunakan pada mobil matik atau manual sama saja. Kecepatan nantinya bisa dikurangi secara bertahap sambil di imbangi posisi gigi transmisi yang sesuai. 

Jadi, posisi gigi terendah sebaiknya hanya digunakan saat gradien kemiringan turunan terhitung tajam. Sebab, kata Sony, penyaluran tenaga sebagai rem otomatis akan lebih baik dan benar-benar membantu rem. 

Baca juga: Tanpa QR Code, Beli Solar Subsidi Dibatasi 20 Liter Per Hari

Mobil KNKT melintas di Sekitar Bukit Bego, Imogiri, Bantul Senin (14/2/2022)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Mobil KNKT melintas di Sekitar Bukit Bego, Imogiri, Bantul Senin (14/2/2022)

"Mobil matik dari D bisa ke gigi 2, baru ke L jika turunan semakin esktrem. Untuk manual, kontrol pengemudi lebih baik, jadi tiap gigi transmisi bisa dilakukan engine brake," kata dia. 

Kepala Bengkel Nasmoco Majapahit Semarang Bambang Sri Haryanto mengatakan, kondisi minyak rem saat akan berkendara jauh bisa di cek, tujuannya adalah menghindari adanya kontaminasi uap air penyebab kasus vapor lock. 

"Saat di cek kondisi, minyak rem yang berubah warna atau jadi keruh kemungkinan ada kandungan uap air. Bila rem digunakan secara terus-menerus, minyak rem akan mudah untuk mendidih," ucap Bambang. 

Baca juga: Kejadian Lagi, Mobil Meluncur Akibat Lupa Tarik Rem Tangan

Pada dasarnya minyak rem memiliki titik didih tertentu yang ditandai dengan angka seperti DOT 3, DOT 4, dan sebagainya. Atau bisa dibilang angka yang makin tinggi, mempunyai titik didih yang lebih tinggi pula. 

Rem mobilDicky Aditya Wijaya Rem mobil

"Interval penggantian minyak rem 40.000 kilometer (km). Jangan sampai telat. Jika tidak diganti, risiko munculnya uap air atau gelembung udara di dalam sistem pengereman lebih besar. Minyak rem bisa mendidih," kata dia. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke