Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benar atau Tidak, Mobil Manual Lebih Tangguh Terjang Banjir?

Kompas.com - 11/10/2022, 10:42 WIB
Dicky Aditya Wijaya,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Hujan yang rutin setiap hari menciptakan banyak genangan, bahkan sampai banjir di sejumlah jalan. 

Selain menjadi penghalang mobilitas, melintasi banjir juga berpotensi jadi ancaman kerusakan serius pada komponen mobil.

Meski demikian, ada anggapan bila mobil transmisi manual dianggap lebih kuat melewati genangan air dibanding transmisi matik.  

Lantas apakah anggapan tersebut benar?

Baca juga: Barang yang Tidak Boleh Dibawa Penumpang Saat Naik Bus

Kepala Bengkel Toyota Nasmoco Majapahit Semarang Bambang Sri Haryanto mengatakan, pada dasaranya sama saja antara mobil manual dan matik, tetap ada risiko rusak jika nekat menerjang genangan banjir tanpa perhitungan. 

Umumnya, kerusakan yang terjadi akibat melewati genangan air terlalu tinggi atau banjir menyerang bagian girboks karena kemasukan air.  

Kendaraan tengah melintas di Jalan Amir Machmud, Kota Cimahi, Selasa (4/10/2022).KOMPAS.com/Bagus Puji Panuntun Kendaraan tengah melintas di Jalan Amir Machmud, Kota Cimahi, Selasa (4/10/2022).

Korosi gir dan bearing membuat kinerja komponen mekanis jadi macet. Hal itu akan terasa ketika perpindahan gigi, kasar dan seperti tersangkut. 

"Oli transmisi yang tercemar air lama kelamaan gigi-gigi transmisi bisa berkarat. Perpindahan gigi jadi kasar, disebabkan kualitas oli menurun. Kalau parah dan masuk rumah kopling bisa menyebabkan selip," kata Bambang kepada Kompas.com, Senin (10/10/2022). 

Kesalahan umum pengguna mobil manual biasanya lantaran menginjak kopling saat menerjang genangan. Tujuannya menyeimbangkan ritme putaran mesin tinggi agar mesin tak matik.

Padahal, kondisi tersebut justru salah kaprah, yang ada menurut Bambang, justru kopling menjadi lembab. 

Baca juga: Mitos atau Fakta, Mobil Diesel Lebih Tangguh Menerjang Banjir?

Kelembaban itu bereaksi cepat dan hitungan semalam saja kopling dan dekrup langsung lengket. Keesokannya, kadang pemilik kaget ketika perpindahan gigi menjadi sulit. 

"Posisi transmisi netral (N) pelat kopling dan dekrup otomatis saling bergesekan. Kalau lembab otomatis jadi lengket. Jadi ketika awalan jalan, gigi susah masuk. Kopling harus di kocok dahulu," ucapnya. 

Kepala Bengkel Nissan Setyabudi Semarang Andika Herda Permana menjelaskan, risiko kerusakan kopling manual tak hanya disebabkan oli transmisi yang terkontaminasi air.

Terbiasa melakukan setengah kopling oleh pengemudi juga berisiko membuat kampas kopling hangus. 

Posisi kaki kiri tengah menginjak kopling saat mengendarai mobil bertransmisi manual.Youtube/Maxresdefault Posisi kaki kiri tengah menginjak kopling saat mengendarai mobil bertransmisi manual.

"Salah, niatnya supaya mesin tidak mati tapi konsekuensinya kampas kopling hangus dan bau sangit. Pelat kopling justru mengalami gesekan berlebih," kata Andika. 

Risiko selanjutnya, menurut Andika, akibat putaran mesin yang tinggi, membuat air malah gampang terhisap dan risiko water hammer semakin besar. 

"Melewati genangan pakai setengah kopling, putaran mesin akan lebih tinggi dan intake menghisap air semakin banyak," katanya. 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau