Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Kepentingan Dalam Jatah Kuota Pembelian BBM

Kompas.com - 05/09/2022, 12:42 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pembeli BBM bersubsidi diminta untuk menggunakan aplikasi MyPertamina. Pasalnya pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, Pertalite dan Solar, rencananya akan dibatasi.

Seperti diketahui, konsumen memang belum diwajibkan memakai aplikasi tersebut. Namun, ketika melakukan pembelian menggunakan barcode, kita bisa mengetahui, ada jatah kuota untuk membeli BBM bersubsidi.

"Itu kita develop saja, apakah nanti ada pembatasan atau tidak. Kalau nanti ada ketentuan dari regulator, ada pembatasan, ada ketetapan lain, kita sudah siapkan," kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, Kamis (1/9/2022).

Baca juga: Tempuh 110 Km, Seberapa Irit Konsumsi Bahan Bakar Hyundai Stargazer

Pertamina mengatakan harga pertamax masih paling kompetitif dibandingkan produk BBM RON 92 lainnya.KOMPAS.com/Nur Jamal Sha'id Pertamina mengatakan harga pertamax masih paling kompetitif dibandingkan produk BBM RON 92 lainnya.

Sementara itu, pengamat transportasi sekaligus Ketua Institut Studi Transportasi Ki Darmaningtyas mengatakan, pembatasan perlu dilakukan untuk mengendalikan pembelian BBM.

Darmaningtyas juga mengatakan, aplikasi MyPertamina dapat dimanfaatkan sebagai pendataan mengenai berapa jumlah angkutan penumpang dan barang di Indonesia.

“Kebutuhan BBM setiap unitnya sudah terukur sesuai dengan fungsinya. Artinya kebutuhan BBM bus angkutan kota tentu beda dengan bus AKDP dan AKAP,” ujar Darmaningtyas, dalam keterangan tertulis (5/9/2022).

Baca juga: Pertamax Naik, Isi Bensin Nmax Full Tank Nyaris Rp 100.000

“Demikian pula truk yang biasa melayani dalam suatu wilayah tertentu tentu beda kebutuhan BBM nya dengan truk yang antar kota atau antar pulau,” kata dia.

Menurutnya, dengan jumlah angkutan yang terdata dengan baik dan diketahui jumlah penggunaan BBM-nya, maka kontrol terhadap penggunaan BBM bersubsidi oleh angkutan umum akan mudah dilakukan.

“Penggunaan BBM per hari oleh angkutan umum akan berkorelasi positif dengan kilometer tempuh. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran bahwa nanti akan ada penyelewengan oleh pemilik/awak angkutan umum bahwa mereka akan bisnis BBM dengan cara mengisi BBM tiap hari untuk dijual ke pengguna kendaraan pribadi,” ucap Darmaningtyas.

“Teknologi zaman sekarang mudah sekali dapat mengecek apakah ada kesesuaikan antara konsumsi BBM kemarin dengan kilometer tempuhnya. Jika tidak sesuai maka mereka tidak diizinkan mengisi BBM,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau