JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsisi, Pertalite dan Solar, menjadi isu yang hangat diperbincangkan sekarang ini. Meski ramai dibicarakan, tapi masih banyak yang belum sepenuhnya mengerti soal BBM.
Khususnya, tentang nilai oktan atau Research Octane Number (RON) pada bensin. Pada bensin yang dipasarkan di Indonesia, saat ini ada RON 89, RON 90, RON 92, RON 95, dan RON 98.
Tri Yuswidjajanto, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, RON adalah ketahanan bahan bakar untuk tidak menyala dengan sendirinya sebelum busi dinyalakan.
Baca juga: Revvo 89 Jadi Bensin Paling Murah, Amankah Ditenggak Mobil Modern?
"Jadi, kalau busi dinyalakan, sebaiknya campuran bahan bakar dan udara itu tidak menyala sendiri. Sebab, jika menyala sendiri, nanti saat busi menyala dan bahan bakar yang ada di dekat busi jadi terbakar, ada tumbukan gelombang antara yang bagian menyala sendiri tadi dan bagian yang dinyalakan busi," ujar Tri, kepada Kompas.com, Minggu (4/9/2022).
Tri menambahkan, tumbukan tersebut yang menyebabkan adanya suara mengelitik atau knocking.
Dua bahan kimia, heptana dan iso-oktana, dijadikan standar. Untuk heptana memiliki nilai 0 dan iso-oktana memiliki nilai 100.
Saat bahan bakar diuji pada mesin, performanya akan dibandingkan dengan campuran kedua bahan kimia tersebut untuk melihat perpaduan yang paling sesuai.
Baca juga: Menteri ESDM Ajak Warga Bali Konversi Motor Bensin Jadi Listrik
Jika campuran meliputi 20 persen heptana dan 80 persen iso-oktana, maka nilai oktan bahan bakar tersebut adalah 80. Untuk menaikkan nilai oktan, bisa dengan menggunakan aditif.
Jadi, semakin tinggi nilai oktannya, maka semakin besar kompresi yang dibutuhkan bahan bakar untuk terbakar. Maka itu, tiap pabrikan biasanya juga merekomendasikan bensin yang diperlukan pada kendaraan buatannya.
"Kalau semakin tinggi rasio kompresinya, kalau RON yang digunakan rendah, ada kemungkinan bagian campuran yang menyala sendiri sebelum businya dinyalakan. Akibatnya, mesinnya mengelitik atau terjadi knocking," kata Tri.
Sebaliknya, jika kompresinya rendah, lalu bensin yang digunakan memiliki RON yang tinggi, menurut Tri, tenaga yang dihasilkan mesin bisa menurun atau bahkan tidak bertenaga. Selain itu, mesin juga jadi boros dan emisi yang dihasilkan meningkat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.