JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus mendorong percepatan tren kendaraan listrik nol emisi. Namun seiring makin banyaknya merek baru bermunculan, jumlah sepeda motor listrik di jalan masih sedikit.
Mayoritas motor listrik yang terlihat dipakai di jalan raya ialah dari perusahaan jasa ojek online baik sebagai alat angkut penumpang atau barang. Kalau ada pengguna pribadi jumlahnya tidak terlalu banyak.
Baca juga: Tekanan Angin Ban Mobil Baiknya Lebih Keras Depan atau Belakang?
Untuk itu, perusahaan leasing terus mendorong kredit kendaraan listrik dengan tawaran skema menarik. Pasalnya tanpa instrumen tersebut percepatan era elektrifikasi tak dapat berjalan optimal.
Kevin Phang, Co Founder PT Smoot Motor Indonesia dan Swap Energi, mengatakan, saat ini harga motor listrik bekas belum terbentuk karena unit pembelian barunya belum terlalu signifikan.
"Harga second kendaraan listrik baru akan terbentuk ketika semua sudah menjadi pengguna. Namun, berapa persen bisa cost down dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin," kata dia beberapa waktu lalu.
Jika dilihat dari persentase motor listrik yang ada saat ini dengan jumlah motor bekasnya maka Kevin memprediksi harga motor listrik seken akan jatuh cukup dalam.
Baca juga: All New Veloz Paling Diincar Warga Bandung
"Kemungkinan bisa 40 persen, atau sekitar Rp 2 juta untuk motor listrik. Hal tersebut dilihat dari maintenance dan biaya bensin," ucap Kevin.
Untuk itu Kevin meminta masyarakat bisa cepat menyerap motor listrik, selain menaikkan bursa motor bekasnya dengan menggunakan kendaraan listrik seseorang turut membantu pemerintah.
Menurut dia, pemerintah telah mengeluarkan dana yang besar untuk subsidi energi. Dengan menggunakan kendaraan listrik, subsidi energi dapat dialihkan ke sektor yang lebih krusial, misalnya gas.
Baca juga: Kredit Mobil Listrik di PEVS 2022, Bisa Dapat Bunga 0 Persen
Namun, Kevin tak menampik masih ada beberapa permasalahan dari kendaraan listrik. Salah satu yang paling krusial, motor listrik masih memiliki keterbatasan jarak dan proses pengisian daya termasuk metode swap yang belum optimal.
"Motor listrik mungkin sudah ada sekitar 10 tahun di Indonesia, tetapi karena ada keterbatasan jarak jadi belum populer. Kalau semua pakai nanti akan jadi kebiasaan baru," kata Kevin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.