Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendaraan Listrik, Jawaban Masalah Bahan Bakar Fosil di Masa Depan

Kompas.com - 24/07/2022, 18:41 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi VII (Bidang Energi, Sumber Daya Mineral, Riset, Teknologi, Inovasi dan Perindustrian) DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan, ke depan kendaraan berbahan fosil terus menghadapi masalah sistematik.

Menurut Sugeng, energi fosil yang meliputi minyak, gas dan batubara, selain bersifat polutif keberadaannya juga terbatas, dan rentan dalam harga internasional yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk faktor politik.

Untuk itu kata dia kendaraan listrik baik mobil dan sepeda motor listrik diperlukan untuk menekan emisi karbon dan penggunaan bahan bakar fosil.

Baca juga: Booking Fee Rp 5 Juta buat Pesan Hyundai Stargazer

DFSK Mini EVDFSK DFSK Mini EV

“Kendaraan listrik roda empat, roda dua atau kendaraan listrik yang lebih besar sangat penting sekali untuk menekan karbon dan sekaligus mengurangi penggunaan BBM," kata Sugeng di Talkshow Formula Electric Student bertajuk ‘Kendaraan Listrik dan Renewable Energy,’ di PEVS 2022, Sabtu (23/7/2022).

"Hari ini, BBM kita sangat tergantung dari impor dan berimplikasi pada APBN kita berjumlah Rp 426 triliun sedangkan pada tahun 2023 mendatang, subsidi APBN diperkirakan akan naik menjadi Rp 502 triliun. Maka dari itu, hari ini kita harus bersepakat untuk menekan serendah mungkin karbon yang muncul dari energi fosil," kata dia.

Sugeng mengatakan, saat ini Indonesia baru kurang lebih 14 persen memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT).

Baca juga: Cek Daftar Harga Honda Freed Bekas, Mulai Rp 120 Jutaan

Gesits G1 di IIMS 2022KOMPAS.com/DIO DANANJAYA Gesits G1 di IIMS 2022

"Dengan adanya perubahan suhu yang sangat signifikan, sehingga perlu untuk menekan penggunaan energi fosil dan meningkatkan penggunaan EBT. Adanya kendaraan listrik akan sangat membantu menekan konsumsi BBM," kata dia.

Padahal di atas kertas, Sugeng mengatakan, Indonesia kaya akan EBT. Pertama energi surya dengan potensi 3000 GW seluruh Indonesia sedangkan hari ini total listrik baru baru 65 GW dengan cadangan yang bisa segera diinstal 220 GW.

Adapun EBT lain yang dimiliki Indonesia kata Sugeng, adalah hidro, bioenergi, bayu, panas bumi dan laut, yang mana belum dimaksimalkan.

Baca juga: Mau Test Drive Kendaraan Listrik di PEVS 2022, Ini Caranya

Rakata Motorcycles resmi melansir Rakata NX8 di Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022.KOMPAS.com/Gilang Rakata Motorcycles resmi melansir Rakata NX8 di Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022.

“Maka dari itu, saya mendorong agar adik-adik mahasiswa untuk terus inovatif memecahkan persoalan energi fosil dan bertransformasi menuju EBT. Manfaat EBT yang dapat dirasakan antara lain, menurunkan emisi dan menyerap tenaga kerja," kata dia.

"Indonesia memiliki potensi EBT melimpah hingga 420 GW. Nilai investasi EBT dari Foreign Direct Investment sebesar 13,3 triliun dollar untuk investasi new power generation assets hingga 2050 secara global," kata Sugeng.

"EBT dapat meningkatkan keuntungan ekonomi 3 s/d 8 kali lipat, dan cadangan nikel Indonesia menjadikan Indonesia pemain kunci global untuk industri baterai listrik sebagai komponen utama era elektrifikasi," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau