JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi pelemparan batu terhadap pengemudi mobil di ruas jalan tol kembali terjadi.
Peristiwa tersebut viral di media sosial setelah video diunggah oleh akun Tiktok bernama @huggyheart.
Dalam tayangan itu, memperlihatkan mobil yang sedang terparkir di pinggir jalan tol, tepatnya sebelum pintu keluar Bekasi Timur.
Kaca depan mobil tersebut mengalami retak pada bagian tengah, akibat terkena batu yang dilempar oleh anak kecil dari samping jalan tol.
“Kejadian nya sebelum bekasi timur, bocah” lgi pada main di samping jalan tol, ada 1 bocah lempar batu ke arah jalan tol, al hasil mobil gue kenaaaa,” tulis keterangan unggahan tersebut.
Baca juga: Beda Busi Motor Manual dan Skutik
Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu kembali mengingatkan soal pentingnya waspada dalam berkendara. Terutama terhadap objek yang terlihat umum namun memiliki tingkat risiko tinggi.
"Kejadian seperti ini pernah terjadi sebelumnya, ini memang berbahaya dan tidak manusiawi karena pelaku tidak memikirkan apa dampaknya terhadap korban. Menyikapi ini, pada umumnya kita harus bisa meningkatkan kewaspadaan saat berkendara," ucap Jusri kepada Kompas.com, belum lama ini.
@huggyheart kejadian nya sebelum bekasi timur, bocah” lgi pada main di samping jalan tol, ada 1 bocah lempar batu ke arah jalan tol, al hasil mobil gue kenaaaa ????????#fyp ? Rumah Singgah - Fabio Asher
Selain wajib memiliki tingkat waspada saat berkendara, Jusri melanjutkan, ada teknik lain untuk menghindari terkena lemparan batu yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab.
Salah satunya adalah dengan mengasah panca indra penglihatan. Tak hanya memastikan visibilitas yang mumpuni, namun juga diharapkan dengan kemampuan mata bisa menganalisa adanya risiko-risiko yang mungkin terjadi sebagai langkah antisipasi, terutama saat berkendara dalam kondisi yang masih terang, seperti pagi dan siang hari.
Menurut Jusri, ada dua zona kemampuan mata dalam melihat sesuatu dalam konteks safety driving dengan asumsi mata yang masih normal.
“Pertama disebut sebagai zona melihat dan yang kedua adalah zona analisa. Kedua hal ini memiliki peran penting sebagai langkah mewaspadai akan adanya risiko yang bisa saja terjadi atau menimpa,” katanya.
Jusri menjelaskan, yang dimaksud zona melihat atau seeing zone, adalah ketika mata melihat sesuatu tetapi kondisinya masih samar-samar atau belum mengenal secara pasti dan berada di rentang waktu antara 30-120 detik ke depan.
Asumsi dalam kondisi tersebut, mobil dikendarai oleh pengemudi di jalan tol dengan kecepatan 100 kpj. Maka dengan demikian, waktu akan sama dengan jarak 840 meter hingga 2,8 km ke depan atau menuju objek yang dilihat secara samar-samar tadi.
“Sedangkan untuk zona analisa atau planning zone, berada di jarak antara 12-15 detik ke depan. Pada zona ini mata tak lagi hanya bisa melihat jelas, namun otak sudah mulai mengenali secara jelas atas objek-objek yang sebelumnya samar,” kata dia.
Pada fase ini, analisa pengemudi akan mulai bekerja, bahkan merencanakan keputusan yang dilakukan. Dalam konteks setiap pengendara mengenal adanya ancaman atau bahaya, maka keputusan perlambat atau berpindah lajur akan muncul.
Baca juga: Kenaikan Biaya Bahan Baku di AS Belum Berdampak ke Indonesia
Kondisi tersebut asumsinya terjadi pada kendaraan yang berjalan 100 kpj, maka range waktu ini bila dikalkulasikan sama dengan jarak 336 meter hingga 420 meter ke depan atau menuju objek.
“Apabila pengendara sudah mulai mengenal adanya ancaman atau bahaya, sebaiknya langsung mengambil langkah sigap. Mulai dengan memastikan kondisi sekitar dari kaca spion, kurangi laju kendaraan, pindah ke jalur lambat, hingga menurunkan sun protector bila digunakan saat berkendara siang hari,” ucap Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.