Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Indonesia Mandiri di Industri Kendaraan Listrik

Kompas.com - 08/12/2021, 18:41 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menuju kemandirian dalam industri kendaraan listrik.

Sayangnya, Tanah Air masih tergantung pada impor pada tiga kunci utama pada industri terkait, yakni motor, baterai, dan kontrolernya. Sehingga, ini patut untuk menjadi perhatian tersendiri.

"Perlu partner strategic, supaya hasil riset bisa dibuat dalam skala industri. PUI UNS sudah sangat maju dalam riset dan pengembangan teknologi atas baterai sementara controlling di ITS Surabaya, sedang dikembangkan," ujar dia dalam keterangan tertulis, Selasa (7/12/2021).

Baca juga: Solo Kini Turut Punya SPKLU, Berapa Tarifnya?

Ilustrasi kendaraan listrik(Dok. Shutterstock/ Smile Fight) Ilustrasi kendaraan listrik

Moeldoko mengingatkan, Indonesia itu memiliki cadangan nikel dan cobalt terbesar di dunia sebagai bahan dasar pembuatan baterai.

Presiden RI Joko Widodo juga memiliki komitmen sangat besar terhadap COP26 yang mengatur tentang emisi dalam kaitan perubahan iklim dunia. Sehingga, industri terbarukan akan mendapatkan dukungan penuh.

"Ini momentum dan potensi bagi Indonesia untuk melompat ke depan untuk industri kendaraan listrik," kata dia menyampaikan pesan Presiden.

Baca juga: Ini Ciri-ciri Lokasi yang Kerap Dijadikan Trek Balap Liar

Dalam kesempatan serupa, Rektor UNS Profesor Jamal Widodo menyebut riset dan pengembangan teknologi penyimpanan listrik UNS suda dilakukan sejak 2012 dan telah diujicoba untuk sepeda motor listirk, motor, dan mobil listrik.

"Melihat langsung PUI baterai lithium yang sudah dikembangkan sejak beberapa tahun lalu, kami optimis itu akan semakin berkembang ke depan," kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com