JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengakui bahwa pengembangan atas industri kendaraan listrik di dalam negeri tidak mudah. Sebab saat ini masih terdapat berbagai hambatan dari hulu hingga hilirnya.
Pada bagian hulu misal, pembangunan industri pendukung seperti baterai, motor listrik, sampai komponen lain memerlukan investasi besar. Pasalnya bagian terkait masih diimpor dari negara lain.
"Kita memiliki bahan baku semuanya di sini, kalau bisa dibangun semua di dalam negeri, ini bisa segera dibereskan," katanya di IEMS 2021, Rabu (23/11/2021).
Baca juga: Bukan Xpander Hybrid, Tahun Depan Mitsubishi Mulai Studi Minicab MiEV
Kemudian, soal riset teknologi dan invoasi terkait kendaraan listrik berserta komponennya belum banyak dikembangkan. Sehingga, perlu adanya aspek yang menyambungkan antara periset dan industri swasta di Indonesia agar ke depan mampu menekan impor.
Tidak sampai di sana, diperlukannya tambahan insentif menarik kepada pelaku industri juga jadi perhatian tersendiri.
Pada sektor hilir, tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia menuju era elektrifikasi kendaraan bermotor listrik ialah harganya yang masih relatif mahal dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.
"Memang harga kendaraan listrik saat ini masih mahal karena baterai dan beberapa komponen lain yang impor itu mahal. Tetapi saya yakin, harga kendaraan listrik ke depan akan semakin murah," kata Moeldoko.
Berikutnya, ketersediaan infrastruktur pendukung berupa Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan penukaran baterai untuk sepeda motor listrik yang masih terbatas.
Baca juga: Damri Kerjasama dengan DFSK Menuju Elektrifikasi Transportasi Darat
Meski sudah ada peraturannya yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM, Moeldoko menyebut masih banyak pihak yang ragu untuk berinvestasi atau berbisnis SPKLU.
"Ini ibaratnya telur sama ayam. Kalau dibangun SPKLU-nya tapi kendaraan terkait belum ada, rugi investasi. Kalau saya membeli kendaraan listrik tapi belum ada SPKLU, juga akan rugi. Jadi ini harus dipecahkan," ujarnya.
"Masih banyak juga masyarakat yang khawatir dengan batas jarak jangkau kendaraan listrik. Tapi sebenarnya tidak perlu seperti itu, karena teknologi terus berkembang terus seperti charging time yang semakin cepat," kata Moeldoko lagi.
Terakhir ialah prihal pembiayaan kendaraan listrik yang masih terbatas, karena terdapat kekhawatiran atau isu yang belum bisa terjawab seperti purna-jual, life time baterai, dan sebagainya.
Karena itu, Moeldoko mengajak para periset dan inovator untuk mengembangkan penelitian dan berkolaborasi menghasilkan kendaraan listrik masa depan. Di samping itu, juga meminta pihak perbankan agar tidak ragu memberikan pembiayaan.
“Teman-teman perbankan pernah kita kumpulkan di KSP, sekaligus sosialisasi agar jangan ragu memberikan pembiayaan kendaraan listrik,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.