JAKARTA, KOMPAS.com – Produsen mobil Jepang untuk sementara melupakan semboyan "just in time supply chain" karena terjerat krisis pasokan cip semikonduktor.
Praktik tradisional di mana hanya menyediakan stok komponen utama secara terbatas bergeser ke penumpukan demi kelancaran lini produksi. Juga dipengaruhi Covid-19, sejumlah merek menyatakan bakal menyimpan cip semikonduktor sampai beberapa bulan ke depan.
Disitat dari Nikkei (15/9/2021), Toyota Motor sedang mencari pemasok tambahan untuk meningkatkan persediaan cip semikonduktor.
Toyota juga mulai memberi tahu beberapa pemasoknya untuk meningkatkan persediaan semikonduktor mereka dari tiga bulan menjadi lima bulan.
Dalam praktik manfaktur Jepang, mereka sebelumnya terkenal dengan semboyan “just in time supply chain”, di mana suku cadang hanya dikirimkan bila diperlukan, sehingga tidak perlu ada penumpukan berlebih.
Baca juga: Jadwal MotoGP San Marino 2021, Balapan Perpisahan Rossi di Italia
Nissan Motor terpantau sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan persediaan semikonduktor dari satu bulan menjadi lebih dari tiga bulan.
Sementara itu, Suzuki Motor telah meminta pembuat suku cadang untuk menyimpan persediaan selama beberapa bulan.
Adapun merek-merek lain kabarnya juga mengamankan pasokan logam langka untuk menghindari risiko seperti krisis cip global yang terjadi saat ini.
Baca juga: Bocoran Bus Baru dari Laksana, Pakai Nama Panorama
Perusahaan-perusahaan ini juga bergerak untuk menandatangani kontrak jangka panjang dengan produsen cip semikonduktor. Misalnya dengan kontrak selama beberapa tahun atau mencoba memesan satu produk di lebih dari satu perusahaan.
Menurut perusahaan riset asal Inggris, IHS Markit, kebutuhan cip semikonduktor buat mobil telah meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan 20 tahun lalu.
Pada 2030, ketika lebih banyak kendaraan listrik di jalan, diprediksi biaya produksi mobil bisa menghabiskan 30 persen lebih banyak untuk cip.
Baca juga: Lapis Ganjil Genap, Kemenhub Kaji Aturan 4 in 1 di Kawasan Puncak
Sementara itu, industri-industri selain otomotif akan mempersulit produsen mobil untuk mendapatkan cip. Sebab, pengembangan produk elektronik dan peralatan medis yang didukung oleh cip menuntut lebih banyak semikonduktor.
Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan, krisis cip diprediksi akan berlangsung sampai 2023.
Selama periode itu, produksi otomotif bakal terganggu. Bukan hanya inden, melainkan jalur produksi bisa berhenti jika pasokan cip sudah mencapai batasnya.
Baca juga: Honda Supra Libas Trail di Jalur Off Road, Ini Penjelasannya
“Sekarang giliran mereka mau ambil, industrinya kan sudah di-booking semua dalam jangka panjang, mungkin sekitar satu atau dua tahun oleh industri elektronik,” ucap Martinus kepada Kompas.com belum lama ini.
“Menurut saya, hanya tahan beberapa bulan saja. Karena produsen Jepang pada prinsipnya menghindari penumpukan stok terlalu banyak. Semua harus tepat waktu, itu manajemen khas Jepang. Jadi lean, enggak ada gudang stok yang terlalu banyak,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.