Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Nekat Mudik dengan Travel Gelap, Pahami Risiko

Kompas.com - 01/05/2021, 08:22 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Larangan mudik sudah ditetapkan pemerintah untuk Lebaran tahun ini, periode 6 - 17 Mei 2021. Keputusan ini bertujuan untuk menekan angka penyebaran virus Covid-19 melihat fenomena yang sampai ini masih terus berlanjut.

Meski begitu, masih ada beberapa masyarakat yang nekat menerobos aturan. Salah satunya dengan memanfaatkan travel gelap.

Terkait hal ini, Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi menjelaskan, setidaknya ada empat risiko bagi masyarakat yang masih nekat mudik menggunakan ager perjalanan ilegal alias travel gelap.

Baca juga: Cerita Daihatsu Rocky Nikmati PPnBM dan Alasan Baru Meluncur

Pertama, penumpang berisiko terpapar virus Covid-19. Menurut Budi, hal ini karena travel gelap bakal abai menjalankan protokol kesehatan.

“Angkutan ilegal atau travel gelap, biasanya baik pengemudi maupun operator tidak memperhatikan protokol kesehatan. Pokoknya yang penting terisi penuh, makin penuh untungnya semakin banyak,” ujar Budi dalam webinar Mudik Sehat dari Rumah, Jumat (30/4/2021).

Maka dari itu, pihaknya melakukan pencegahan dengan menindak tegas travel gelap agar masyarakat tidak terkena Covid-19.

“Sebab, kalau ada satu yang bawa virus semuanya akan kena. Kemudian akan membahayakan masyarakat di lokasi tujuan pemudik,” katanya.

Travel gelap di JambiDOK. PERPALZ TV Travel gelap di Jambi

Risiko kedua adalah, penumpang travel gelap tidak mendapatkan jaminan asuransi kecelakaan lalu lintas.

Budi menjelaskan, karena travel gelap itu bersifat ilegal, jika mengalami kecelakaan maka tidak akan di cover asuransi Jasa Raharja. Berbeda dengan yang resmi.

Ketiga, bagi penumpang travel gelap harus bayar tarif yang tinggi namun tidak dibarengi dengan layanan optimal.

Baca juga: Pertamina Mandalika SAG Team Siap Bangkit di Moto2 Spanyol

“Penumpang yang memakai jasa travel gelap itu rugi, sebab harga lebih mahal tapi tidak mendapat layanan protokol pencegahan Covid-19,” ucap Budi.

Kemudian risiko yang terakhir, kata Budi, menggunakan travel gelap dapat merusak ekosistem transportasi darat yang sudah resmi. Menurutnya, penumpang bus resmi akan berkurang karena sebagaian masyarakat memaksakan diri memakai travel gelap.

“Makanya kalau bus resmi berplat kuning keluar dari terminal lalu penumpangnya kurang, itu akibat penumpang lain memakai travel gelap. Merusak ekosistem,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com