Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tesla Tidak Batal Investasi di Indonesia, tetapi Bukan Bikin Pabrik Mobil

Kompas.com - 09/03/2021, 16:11 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan bahwa pembicaraan mengenai rencana investasi Tesla Inc di Indonesia masih berlangsung.

Pasalnya, Tanah Air dianggap memiliki sumber yang potensial dalam perkembangan industri kendaraan bermotor listrik seiring ketersediaan nikel sebagai bahan baku baterai.

Hanya saja, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut tertarik di bidang Energy Storage System (ESS), bukan pendirian pabrik perakitan untuk kendaraan bermotor.

Baca juga: Beberapa Sebab Kemungkinan Tesla Enggan Berinvestasi di Indonesia

 

Mesin otomatis di dalam pabrik Gigafactory Tesla di Nevada, AS.Tech Vision/ Youtube Mesin otomatis di dalam pabrik Gigafactory Tesla di Nevada, AS.

Demikian dipaparkan oleh Septian Hario Seto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, saat menjawab spekulasi yang beredar kalau Tesla batal berinvestasi di Indonesia usai melakukan kerja sama untuk mendirikan pabrik di India.

"Tesla kami masih berlangsung pembicaraannya, saya tidak bisa bicara detail. Saya mau klarifikasi, kami tidak pernah bicara sama mereka terkait pabrik mobil," ujar Septian dalam webinar "Indonesia at the Forefront of the Battery and Storage Revolution", Senin (8/3/2021).

ESS merupakan bagian dari proyek rantai pasok ekosistem industri baterai di Indonesia.

Kerjanya seperti power bank dengan giga baterai skala besar yang mampu menyimpan tenaga listrik besar hingga ratusan megawatt (MW).

Selain itu, ESS bisa dijadikan sebagai stabilisator atau untuk pengganti pembangkit peaker (penopang beban puncak).

Baca juga: Tujuan Lain Tesla Model 3 Dijadikan Mobil Patroli Korlantas

CEO Tesla, Elon Musk.Getty Images via DW Indonesia CEO Tesla, Elon Musk.

"Jadi, daripada membangun pembangkit baru untuk peaker ketika demand listrik lagi tinggi, maka lebih baik bangun ESS yang bisa diisi waktu demand masih rendah dan digunakan ketika demand jadi tinggi," katanya.

"Mereka sukses di Australia dan menawarkan opsi-opsi ini ke Indonesia," lanjut Septian.

Setelahnya, Septian menyebutkan, dalam proyek industri baterai listrik, ESS akan dikembangkan oleh PT PLN (Persero). Jadi, tidak hanya berpartisipasi dalam proyek pembuatan battery cell dan pack kendaraan listrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau