Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapkah Karoseri di Indonesia Menyambut Era Bus Listrik?

Kompas.com - 04/02/2021, 09:02 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Perkembangan teknologi kendaraan listrik sudah merambah ke kendaraan niaga seperti bus. Bahkan Transjakarta pun sudah menguji coba beberapa unit bus listrik untuk menjadi kendaraan operasioanal.

Bus listrik sendiri yang bukan diproduksi di Indonesia masih impor didatangkan secara utuh atau completely built up (CBU). Sedangkan karoseri di Indonesia biasanya hanya memproduksi bodinya saja, sedangkan sasis berasal dari pabrikan otomotif besar.

Lalu apakah karoseri di Indonesia sudah siap untuk menyambut era bus listrik?

Salah satunya, kemampuan menyatukan sekaligus menyelaraskan sasis bus listrik dengan bodi buatan karoseri lokal.

Baca juga: Pengguna Knalpot Racing yang Mengalami Perusakan Bisa Menuntut Balik

sasis bus trontonkaskus sasis bus tronton

Adri Budiman, Chief Technical Compartment DPP Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), mengatakan, dari model rangkanya, bus listrik tidak berbeda jauh dengan sasis bus konvensional atau yang memakai mesin diesel.

“Hal yang perlu diperhatikan saat merakit bus listrik lebih ke persoalan keamanannya. Mengingat adanya voltase yang tinggi, harus disikapi dengan detail,” ucap Adri dalam Webinar Busworld SouthEast Asia – Session 2, Selasa (2/2/2021).

Selain itu, sebaiknya dalam proses perakitan bus listrik di Indonesia, para ahli dari produsen sasis bus listrik bisa memberi edukasi dalam kemanan pembuatan bus listrik. Dengan begitu, hasilnya bisa lebih aman dan sesuai dengan standarnya.

Baca juga: Kabur Saat Ada Razia, Pengemudi Bisa Kena Denda Rp 250.000

Sebagai karoseri pembuat bodi bus, Technical Director CV Laksana Stefan Arman mengatakan, saat ini sedang memfokuskan untuk pembuatan bodi bus listrik yang ringan sebagai kompensasi sistem bus listrik yang berat.

“Tantangan dari karoseri adalah membuat bodi bus yang ringan. Karena bus listrik biasanya lebih berat dari bus biasa, oleh karena itu ada kompensasi dengan pembuatan bodi bus yang ringan,” ucap Stefan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau