JAKARTA, KOMPAS.com - Dewasa ini peta persaingan otomotif nasional semakin menarik seiring banyaknya merek baru yang ikut meramaikan pasar dalam negeri melalui investasi berkesinambungan.
Tidak tanggung-tanggung, tak sedikit dari mereka yang langsung menyasar segmen paling gemuk di Indonesia, yakni mobil keluarga murah atau biasa dikenal low multi purpose vehicle (LMPV) dan low sport utility vehicle (LSUV).
Langkah strategis ini sebenarnya sudah bisa tercium sejak lima tahun belakangan yang diawali duo produsen asal China, yakni Wuling Motors dan PT Sokonindo Automobile (DFSK).
Baca juga: Kaleidoskop 2020: Kalahkan Sigra, Brio Satya Jadi Mobil Murah Terlaris
Kala itu, tepat pada 22 Mei 2017 Wuling meluncurkan seri mobil keluarga pertamanya yaitu Wuling Confero yang dibanderol sangat murah, mulai Rp 128,8 juta sampai Rp 162,9 juta.
Tak berselang lama, DFSK juga menghadirkan Glory 580 yang diproduksi secara lokal di pabriknya bertempat di Cikande, Serang, Banten. Lalu satu tahun setelahnya, dihadirkan Glory 560 sebagai produk termurah darinya.
Saat Wuling dan DFSK sedang sibuk membangun brand image di Tanah Air dengan menghadirkan produk baru dan perluasan diler, Renault meluncurkan LSUV Triber di pertengahan 2019.
Di bawah bendera PT Maxindo Renault Indonesia (MRI), merek asal Perancis tersebut menyatakan bakal lebih serius untuk menggarap pasar dalam negeri.
Kabar serupa berhembus dari merek mobil asal Korea Selatan, KIA, yang resmi melepas diri dari Kia Mobil Indonesia ke PT Kreta Indo Artha (KIA) dengan kepemilikan Indomobil Sukses Internasional (60 persen) dan Sarimitra Kusuma Ekajaya (40 persen).
Baca juga: Puncak Arus Lalu Lintas di Tahun Baru, Hindari Berpergian Besok
Memasuki tahun 2020, Hyundai mengungkapkan keseriusannya di pasar domestik dengan dibentuknya anak perusahaan dan distributor resmi PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) oleh Hyundai Motors Company.
Pada tahap awal, perseroan berfokus untuk menggarap mobil listrik murah dan SUV kelas menengah seperti Ioniq EV, Kona EV, Kona, Santa Fe, serta Palisade.
Lantas, bagaimana popularitas merek Non-Jepang tersebut selama tahun ini? Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan tahunan mereka cukup baik kendati belum optimal.
Selama Januari-November 2020, Wuling melalui Almaz, Confero, Cortez, dan Formo mampu mencapai angka penjualan dari pabrik ke diler alias wholesales sebanyak 4.446 unit, turun 74,8 persen dibanding tahun lalu.
Wajar saja memang, mengingat tahun ini kinerja penjualan belum optimal karena adanya pandemi yang membuat berbagai aktivitas industri harus terhenti sementara.
Wuling sendiri, mengalami perlambatan sangat dalam di periode April 2020 (29 unit), Mei 2020 (37 unit) serta Juni 2020 (34 unit). Penjualan LMPV mereka amat merosot dan cukup sulit untuk proses pemulihannya.
Sementara saudara jauhnya, DFSK, berhasil mengumpulkan wholesales sebanyak 1.644 unit, turun 51 persen dari pencapaian Januari-November 2020 yang berhasil mencapai 3.368 unit. Cukup konsisten, tapi belum ada peningkatan pasar.