JAKARTA, KOMPAS.com – Sistem transportasi di Indonesia memang terus dikembangkan ke kondisi ideal. Namun, kondisinya masih belum optimal, salah satunya soal kenyamanan warga pengguna sarana dan penunjang transportasi di perkotaan.
Misalnya seperti penggunaan trotoar yang tidak semestinya, misalnya dipakai berjualan. Tentunya ini membuat sistem transportasi ikut semrawut. Kalau perilaku masyarakatnya tetap seperti ini, dampaknya malah akan semakin parah ke depan.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan, dampak dari buruknya sistem transportasi akan menyebabkan pemborosan bahan bakar.
Baca juga: MotoGP Bantah GP Indonesia Dapat Perlakuan Khusus
“Kedua, kehilangan waktu. Dengan kemacetan seperti di Kota Jakarta, kita harus mencari jalan yang tidak macet sehingga waktu perjalannya jadi lebih panjang,” ucap Budi pada Busworld SEA Webinar, Rabu (18/11/2020).
Kemudian ada kerugian dalam aspek ekonomi. Ketika ingin ke suatu tempat untuk kepentingan bisnis malah terhambat karena adanya macet, sehingga banyak waktu terbuang.
“Keempat yaitu dampak lingkungan. Kalau kemacetan yang terjadi sampai sekarang, lalu tidak ada kebijakan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, lingkungan kita semakin lama akan semakin rusak,” kata Budi.
Baca juga: Khusus Warga DKI, Beli Mobil Baru Wajib Sertakan Surat Punya Garasi?
Padahal dampak dari lingkungan yang tidak baik akan berpengaruh pada kesehatan dan daya tahan. Terakhir yaitu dampak ke kecelakaan, dari kondisi jalanan yang semrawut menimbulkan dampak masyarakat yang tidak sabar.
“Apalagi sering saya amati, sekarang ini ada konflik antar masyarakat, antar golongan karena di jalan raya,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.