Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal, Mengatasi, dan Mengetahui Bahaya Aquaplaning di Musim Hujan

Kompas.com - 24/09/2020, 15:01 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski intensitasnya belum terlalu sering, namun musim hujan sudah mulai menyapa kembali. Bahkan, baru beberapa kali saja sudah langsung merendam sebagian besar daerah dan akses utama di DKI Jakarta.

Seperti diketahui, berkendara di musim hujan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi. Kondisi ini dikarenakan banyak hal, mulai dari tingkat visibilitas yang menurun sampai titik bahaya yang datang dari segala arah.

Bagi penguna mobil, salah satu risiko yang mengintai di musim hujan adalah efek aquaplaning, terutama saat sedang berada dikecepatan tinggi atau berkendara di jalan tol. Kasus kecelakaan yang diakibatkanya pun sudah banyak memakan korban.

Karena itu pengendara perlu mengetahui bagaimana mengatasi masalah saat menghadapi aquaplaning, lantaran hal ini bisa terjadi di mana saja dan sulit untuk dihindari.

Baca juga: Sebelum Kejadian, Ingat Bahaya Laten Berkendara di Musim Hujan

"Ini masalah klasik yang selalu kurang diperhatikan, padahal punya risiko besar. Aqua atau hydroplaning ini memang sulit dihindari, terutama kalau sedang berkendara di bawah guyuran hujan dan mobil sedang kecepatan tinggi, yang bisa dilakukan adalah meminimalkan risiko," ujar Jusri Pulubuhu, pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), kepada Kompas.com, Rabu (23/9/2020).

Aquaplaningwww.tirendo.nl Aquaplaning

Menurut Jusri, upaya meminimalkan risiko yang bisa dilakukan adalah dengan mereduksi atau memperlambat laju kendaraan, hal ini adalah cara paling dasar ketika berkendara di musim hujan.

Lantas bagaimana bila sudah terjebak bahaya laten aquaplaning, menanggapi hal ini Jusri menjelaskan paling utama yang harus disikapi adalah tidak panik. Ini berlaku bagi pengendara baru atau pun yang sudah terlatih.

"Kalau sudah panik, meski sudah pengalaman sekalipun akan hilang, jadi upayakan tidak panik. Langkah kedua, putuskan hubungan transmisi dengan roda, kalau mobil matik pindahkan ke netral, kalau manual tekan kopling bisa, jangan justru menekan gas lagi," ucap Jusri.

Baca juga: Agresif di Rute Ekstrem Ciletuh, Seberapa Irit Nissan Kicks e-Power ?

Ilustrasi kecelakaan mobil terbalik.SHUTTERSTOCK Ilustrasi kecelakaan mobil terbalik.

"Kenapa penting harus memutuskan putaran roda, ini jarang diketahui orang padahal sangat-sangat penting. Hal ini bertujuan agar putaran roda selaras dengan momentum atau kecepatan masa, tidak ada hambatan sehingga roda bisa sama dengan kecepatan masa," kata dia.

Jusri menjelaskan, saat roda sudah selaras dengan kecepatan masa, maka akan menghasilkan traksi kembali yang hilang ketika aquaplaning. Kondisi ini pun menjadi momen untuk pengendara kembali melakukan pengendalian ke mobil.

Tapi penting untuk diketahui, bila pengemudi tidak boleh langsung mengkoreksi kendali atau setir saat terjadi selip, yang benar dilakukan adalah mengikuti arah selip dari roda, bukan justru melawan.

Baca juga: Musim Hujan, Jangan Kecele Beli Mobil Bekas Banjir

Lalu apa yang sebenarnya membuat mobil mengalami efek hydroplaning. Menjelaskan soal ini, Jusri mengatakan bila masalah utamanya bukan karena ada genangan air, tapi akibat kecepatan yang tidak sama dengan kecepata masa.

Genangan air terlihat di Tol Padaleunyi KM 130Dok Humas Jasa Marga Genangan air terlihat di Tol Padaleunyi KM 130

"Kecepatan masa ini momentum, kalau masalah genangan dan air itu cuma medianya saja bukan penyebab. Jadi yang benar ada kecepatan berlebih ketika melewati genangan, karena kalau kita lewati genangan dengan berjalan lambat atau santai tidak akan terjadi selip," ujar Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com