JAKARTA, KOMPAS.com - Selama tiga tahun bersaing di MotoGP, KTM tak jarang diragukan karena menjadi satu-satunya motor yang menggunakan sasis baja. Sementara para kompetitor, sudah mengandalkan material aluminium.
Namun, semua itu berubah ketika pebalap tim pabrikan Brad Binder dan pebalap tim satelit Miguel Oliveira berhasil meraih kemenangan musim ini. Dua kememangan tersebut berhasil membungkam semua pihak yang meragukan sasis baja KTM.
Baca juga: Taktik KTM agar Bisa Kencang di MotoGP 2020
"Sasis baja adalah agama bagi kami. Kami adalah pemimpin pasar di kategori ini. Kami memiliki lebih banyak pengetahuan teknologi dibanding pabrikan lain," ujar CEO KTM Stefan Pierer, dikutip dari Speedweek.com.
Stefan menambahkan, hal tersebut sudah dibuktikan di Moto3 dan Moto2 bahwa konsep sasis baja bisa sukses. KTM berniat untuk membuktikannya juga di kelas MotoGP.
Awalnya, banyak yang meragukan KTM akan sukses dengan penggunaan sasis baja tersebut. Selain itu, suspensi WP yang digunakan juga sempat diremehkan. Sebab, para kompetitor lebih mengandalkan Ohlins.
Baca juga: KTM Kehilangan Status Konsesi, Apa Artinya?
Tapi faktanya, Ducati berhasil meraih gelar juara dunia MotoGP di 2007 dengan menggunakan sasis baja. Pabrikan asal Italia tersebut tidak pernah menjadi juara dunia lagi saat berganti ke sasis karbon monokok dan sasis aluminium.
Alex Baumgartel, Managing Director Kalex, salah satu produsen sasis motor balap di Moto2 dan Moto3, mengatakan, material baja sebenarnya sangatlah sensitif.
"Khususnya ketika Anda mencari kelenturan, toleransinya tentu lebih sensitif. Hanya karena modulus elastisitas atau elongasi hampir 2,5 kali lebih tinggi. Hal ini juga membuat sensitivitas pada geometri lebih baik dan lebih sensitif," kata Alex.
Alex juga mengungkapkan kelebihan dari sasis baja. Menurutnya, sasis baja bisa lebih mudah disesuaikan jika kelenturan atau kekakuan harus diubah. Hanya tinggal mengganti bagian di sasis.
"Anda bisa memvariasikan baja dengan ketebalan dinding yang berbeda atau diameter pipa. Lalu, Anda juga bisa lebih cepat ketika penyesuaian perlu dilakukan," ujar Alex.
Sementara pada sasis aluminium, menurut Alex, jauh lebih rumit. Sebab, sasis harus didesain ulang. Tentunya biaya yang besar juga berhubungan dengan perubahan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.