Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah PO Bus AKAP Agar Penumpang Tidak Naik Angkutan Gelap

Kompas.com - 13/08/2020, 19:21 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comBus antar kota antar provinsi (AKAP) memang sudah boleh beroperasi dengan melakukan protokol kesehatan yang ketat. Namun masih ada penumpang yang mengandalkan angkutan gelap untuk bepergian ke luar kota.

Awal mula munculnya angkutan gelap ini saat bus AKAP tidak boleh beroperasi. Hal ini dimanfaatkan oleh angkutan gelap yang biasanya menggunakan minivan sampai mikrobus. Padahal, tarif yang diberikan juga cukup merogoh kantong.

Semenjak bus AKAP kembali beroperasi, para penumpang yang dulu naik angkutan gelap, malah tidak kembali naik angkutan resmi. Keamanan dari angkutan gelap juga belum tentu terjamin, apakah mengikuti protokol kesehatan atau tidak.

Baca juga: Motor Bebek Bekas di Bawah Rp 5 Juta, Ini Pilihannya

Bus AKAPJalur Bus Bus AKAP

Lalu bagaimana cara perusahaan otobus (PO) agar kembali menarik minat penumpang yang awalnya naik angkutan gelap, jadi naik bus AKAP yang resmi?

Pemilik PO Sumber Alam, Anthony Steven Hambali mengatakan, layanan bus miliknya tetap mengikuti protokol kesehatan, dengan membatasi jumlah penumpang maksimal 70 persen kapasitas. Selain itu, ada juga promo yang diberikan untuk penumpangnya.

“Mulai 17 Agustus 2020, penumpang Sumber Alam mendapatkan tambahan servis makan gratis untuk semua kelas,” kata Anthony kepada Kompas.com belum lama ini.

Baca juga: Simak Simulasi Kredit Mobil Murah, Cicilan Mulai Rp 1,5 Jutaan

Hal ini menjadi promo yang menarik karena PO Sumber Alam pada dasarnya tidak memberikan servis makanan gratis sebelumnya. Kemudian ada juga program-program menarik baik dari agen maupun penumpang.

Begitu juga yang dilakukan oleh Adi Prasetyo, pemilik PO Maju Lancar. Pria yang akrab disapa Didit ini mengatakan kalau sudah banyak promo yang diberikan kepada penumpang agar kembali ke angkutan yang resmi.

Layanan bus akapjalancerita Layanan bus akap

“Promonya mulai dari diskon tiket atau hadiah suvenir, tapi okupansi masih belum saja maksimal. Sudah dibatasi penumpangnya, hanya memuat 55 sampai 60 persen saja di hari biasa,” kata Didit kepada Kompas.com.

Didit juga menambahkan kalau kurangnya okupansi disebabkan oleh daya beli masyarakat yang masih lemah. Pertumbuhan ekonomi juga masih belum baik saat pandemi ini. Walaupun begitu, PO tetap optimis kalau semuanya akan membaik, meski butuh waktu lama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com