Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/07/2020, 08:12 WIB
Gilang Satria,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mengendarai skuter otomatik alias skutik memang lebih praktis. Cukup putar gas motor sudah bisa meluncur. Cara mengoperasikan rem pun mudah karena ada di tuas kiri kanan.

Kendati demikian dalam praktiknya bisa saja tidak semudah itu, terutama buat yang baru belajar mengendarai motor. Sebab situasi di jalan raya tidak bisa diprediksi dan butuh konsentrasi yang tinggi.

Setidaknya, ada tiga kesalahan yang kerap dilakukan pengendara skutik, yaitu menarik gas tiba-tiba, kemudian menahan gas dan rem bersamaan, terakhir hanya menggunakan satu rem depan atau belakang saja.

Jari di tuas remtribunnews.com Jari di tuas rem

1. Hanya operasikan satu rem

Berbeda dengan jenis motor lain, rem skutik terletak di tuas kiri dan kanan mirip seperti sepeda gowes. Tuas kiri untuk rem belakang dan tuas kanan untuk rem depan.

Kerap terjadi penggunaan rem ini tidak maksimal sebab hanya menggunakan salah satu saja, yaitu rem depan saja atau rem belakang saja. Padahal baik rem depan atau rem belakang punya fungsi berbeda.

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan, saat kondisi motor pelan dengan kecepatan di bawah 30 kpj disarankan hanya menggunakan rem belakang saja.

"Saat kecepatan motor diantara 30 kpj sampai 80 kpj, maka rem yang digunakan ialah kombinasi rem depan dan belakang," katanya kepada Kompas.com, belum lama ini.

Handling Honda All New PCX yang kini seperti naik skutik kecil.F Yosi for Kompas.com Handling Honda All New PCX yang kini seperti naik skutik kecil.

2. Menarik gas tiba-tiba

Untuk mendapat akselerasi bawah yang kencang, pengendara skutik sering buka gas penuh secara cepat. Jika sering dilakukan maka sebetulnya merugikan beberapa komponen lain.

Safety Riding Supervisor Astra Motor Jateng Oke Desiyanto mengatakan, kebiasaan ini akan berakibat pada komponen mesin, transmisi, dan ban akan menjadi lebih cepat aus.

“Hal ini karena selalu mendapat stres (tekanan berlebihan) berulang-ulang. Sebaiknya, dibiasakan membuka gas selalu dengan cara mengurut (bertahap), sehingga kecepatan sesuai dengan kebutuhan,” katanya.

Seorang pengendara sepeda motor memacu kencang gas motornya agar bisa menanjak naik di salah satu jembatan penyeberangan di Jalan Lingkar Luar, Jakarta Barat, Selasa (5/5/2015).

KOMPAS.COM/ANDRI DONNAL PUTERA Seorang pengendara sepeda motor memacu kencang gas motornya agar bisa menanjak naik di salah satu jembatan penyeberangan di Jalan Lingkar Luar, Jakarta Barat, Selasa (5/5/2015).

3. Menahan gas dan rem bersamaan

Main gas rem bersamaan bertujuan untuk mendapatkan keseimbangan saat berkendara. Kebiasaan ini membuat kampas rem serta kopling juga akan lebih cepat aus.

“Untuk mendapatkan keseimbangan saat berkendara perlu adanya latihan. Berlatih untuk mendapatkan keseimbangan dengan cara mengolah keterampilan berkendara tanpa kaki turun di kecepatan ekstra rendah atau sangat pelan,” ucap Oke.

Jika memang tujuannya untuk keseimbangan maka sebaiknya berlatih keseimbangan di motor, jangan memaikan gas dan rem. Caranya sering berlatih keseimbangan saat motor pelan.

“Sehingga, kebiasaan menjaga keseimbangan dengan menahan rem dan gas bisa dihilangkan,” kata Oke.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com